Posts Subscribe comment Comments

Teknik Pemijahan Ikan Nila

I.                   PENDAHULUAN


1.1.   Latar Belakang
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang diinteroduksi ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Ikan nila merupakan salah satu komuditas perikanan air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di Negara-negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu, berbagai upaya yang bertujuan menyebarluaskan dan memanfaatkan atau mencari jenis-jenis nila baru yang lebih produktif. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003
Oleh karena itu ikan nila merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komuditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komuditas nila adalah a ) memiliki resistensi yang relative tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b ) Memiliki resistensi yang luas terhadap kondisi lingkungan, c ) Memiliki kemampuan yang efesien dalam membentuk protein yang berkualitas tinggi dari bahan organic, limbah domestic, dan pertanian, d ) Memiliki kemampuan tumbuh yang baik, serta,  e) Mudah tumbuh dalam sistem budidaya.                           (Carman, O dan Sucipto, A, 2009)                                   
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang terut mengembangkan produksi nila. Dengan potensi sumber daya alam yang relatif besar dibandingkan dengan negara Asia lainnya, Pertumbuhan produksi tilapia di Indonesia masih tergolong rendah. Bahkan, dengan jumlah penduduk yang menduduki rangking empat terbesar di dunia, potensi pasar domistik masih sangat terbuka. (Carman, O dan Sucipto, A 2009)
Ikan ini pertama kali dibawa dari Tiwan ke Bogor  yakni di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1965. Setelah diteliti, ikan nila disebarkan ke berbagai daerah perikanan dan diberi nama sesuai dengan nama latinnya yakni nilotica. Nama ini menunjukan daerah asal ikan ini yakni sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya, ikan ini mendiami luas sungai Nil di dugada. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermikrasi ke arah selatan (ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima benua meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan hangat.                   (Tim Karya Tani Mandiri, 2009.)
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segalanya (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya. Selain itu juga memberikan pembinaan pada kelompok dan pendampingan dalam usaha untuk memberikan dorongan semangat pada pembudidaya ikan.                               (Prihatman, Kemal 2000)

1.2.  Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.      Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemijahan ikan nila secara langsung yang di lakukan dilapangan yang di pandu oleh petugas Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
2.      Memperluas wawasan mahasiswa dalam memperoleh ilmu Perikanan dan ilmu Kelautan khususnya tentang teknik pemijahan Ikan Nila Secara Alami.
3.      Mempererat tali silaturrahmi antara mahasiswa dengan para petugas yang ada di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.


1.3.  Manfaat  Praktek Kerja Lapangan
Adapun manfaat dari praktek Kerja lapangan adalah sebagai berikut :
1.    Sebagai perbandingan antara Ilmu-ilmu teoritis yang didapatkan di bangku kuliah dengan aplikasi langsung yang dilakukan oleh petugas Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng di daerah praktek lapangan yang penulis lakukan.
2.    Mengetahui atau melihat secara langsung bagaimana teknik pemijahan ikan nila di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.

II.           TINJAUAN PUSTAKA


2.1     Morfologi Ikan Nila
Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbedah dengan kelompok tilapia. Secarah umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi ( linea lateralis ) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya  34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip pungungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir punggung berwarna Abu-abu atau hitam. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
Menurut (Murtidjo, A, B, 2001). Morfologi Ikan nila adalah memiliki bentuk tubuh agak memanjang dan pipi ke samping, warna putih Kehitam-hitaman, dan makin kebagian perut makin terang. Pada bagian perut terdapat  sepuluh buah garis vertical berwarna hijau Kebiru-biruan, sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis melintang yang ujungnya berwarna Kemerah-merahan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau Kebiru-biruan. Mulut terminal, linea lateralis terputus menjadi dua bagian, dan bentuk sirip stenoit.
Bentuk badan ikan nila (Tilapia nilatica) ialah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertical pada badan sebanyak 9–11 buah, sedangkan Garis-gari pada sirip berwarna merah berjumlah 6–12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga Garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relative lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah. (Susanto, heru, 2007).

2.2    Klasifikasi Ikan Nila
Berdasarkan ( Anonim, 2009 ). Adapun ikan nila dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Filum                      : Chordata
Sub Filum               : Vertebrata
Kelas                      : Osteichthyes
Sub Kelas               : Acanthoptherigii
Ordo                       : Perchomophi
Sub Ordo                : Percoidea
Famili                     : Cihclidae
Genus                     : Oreochromis
Spesies                    : Oreochrosmis niloticus

2.3     Habitat Ikan Nila
Ikan nila memiliki toleransi yang tingi terhadap lingkungan hidupnya sehingga bisa di peliharah di dataran rendah yang berair payau hinga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup iakan nila cukup beragam, dari sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak.                                        (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14–38 0C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22 – 37 0C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25–30 0C. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan tergantung jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 0C atau pada tinggi 38 0C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 0C atau 42 0C. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau kadar garam di suatu perairan. Ikan nila bisa tumbuh dan berkembang biak pada kisaran salinitas 0 – 29 % ( permill ). Jika kadar garamnya 29 – 35 % , ikan nila bisa tumbuh, tetapi tidak bisa berproduksi. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Artinya, ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ia mampu hidup pada suhu 1 –38 derajat celcius. Adapun suhu terbaiknya adalah 25–30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0– 29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Ikan nila bisa hidup di kadar garam sampai 35 %. Namun ia sudah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

2.4    Perkembangbiakan Ikan Nila
Ikan nila mencapai dewasa pada umur 4 – 5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5 – 3 tahun. Pada saat berumur 1 tahun Kira-kira beratnya mencapai 800 g, ikan nila bisa mengeluarkan telur 1.200-1.500 larva setiap kali memijah, yang berlangsung selama 6 – 7 kali dalam setahun. Sebelum memijah, ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan. Daerah teritorialnya akan terus di jaga. Ikan nila jantan menjadi agresif saat musim ini. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Menurut (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003) Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Frekuensi pemijahan yang banyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6 – 7 kali dalam setahun. Berarti, Rata-rata setiap dua bulan sekali, ikan nila akan berkembang biak. Ikan ini  mencapai setadium dewasa pada umur 4 – 5 bulan dengan bobot 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika induk brumor 1,5 – 2 tahun dengan bobot di atas 500 gram / ekor. Seekor ikan nila betinah dengan berat sekitar 800 gram menghasikan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor pada setiap pemijahan.
Sebelum memijah, ikan nila jantan selalu membuat sarang berupa lekukan berbentuk bulat di dasar perairan. Diameter lekukan setara dengan ukuran ikan nila jantan. Sarang  itu merupakan daerah teritorial ikan nila jantan. Ketika masa birahi, ikan nila jantan kelihatan tegar dengan warna cerah dan secara agresif mempertahankan daerah teritorialnya tersebut. Sarang tersebut  berfungsi sebagai tempat pemijahan dan pembuahan telur. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)
Proses pemijahan ikan nila berlangsung sangat cepat. Dalam waktu 50 – 60 detik mampu menghasilkan 20 – 40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan itu terjadi beberapa kali dengan pasangan yang sama atau berbeda hingga membutukan waktu 20 – 60 menit. Telur ikan nila berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah dibuahi, dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4 – 5 hari. Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4 – 5 mm. hingga mencapai umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Benih yang sudah tidak diasu lagi oleh induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003)

2.5 Kebiasaan Makan Ikan Nila
Diperairan alam, ikan nila memakan plankton perifiton atau tumbuhan air yang lunak. Bahkan cacing pun dimakannya pula. Dari pemeriksaan secara labolatoris, pada perut ikan nila ditemukan berbagai macam jasad seperti soelastrum, scenedemus, detritus, alga benang, rotatoria, anabaena, arcella, copepoda, difflugia, oligochaeta, larva chironomus, dan sebagainya. Kebiasan makannya berbeda sesuai tingkat usianya. ternyata, ikan yang berasal dari Afrika ini kebiasaan makannya berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila lebih suka mengonsumsi zooplankton sepeti rotatoria, copepoda, dan clandocera. (Susanto, heru, 2007).
Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segalanya atau omnivore. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa akan diberikan makanan tambahan, seperti pelet dan daun talas.
Ikan jantan mempunyai naluri membentuk sarang berbentuk lubang di dasar perairan yang lunak. Hal itu dilakukan sebelum mengajak pasangan untuk memijah. Sementara induk betina memiliki naluri untuk mengerami telur dalam mulutnya (mouth breeder). Kebiasaan ini sering menggangu aktifitas makannya sehingga pertumbuhan induk lebih lambat bila dibandingkan induk jantan.      (Susanto, Heru 2007).
Untuk memelihara ikan nila adalah pertumbuahanya. Ikan ini sangat bergantung dari pengaru fisika, kimia, dan interaksinya. Ikan nila ini akan lebih cepat tumbuh jika dipelihara di kolam dangkal airtinya. Sebab di kolam dangkal pertumbuhan tanaman dan ganggang lebih cepat dibandingkan dengan kolam yang dalam selain itu ada juga di kolam yang pada saat pembuatannya menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang juga akan membuat pertumbuhan tanaman air lebi baik dan ikan nila akan lebih pesat pertumbuhannya. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

2.6 Pola Hidup Ikan Nila
a.         Ikan nila betina bertelur antara 2.000 – 2.500 ekor tergantung besar keci induk. Tingkat hidup bergantung pada kualitas air dan pakan yang diberikan. Ikan nila bertelur pada kisaran 4 – 6 minggu atau bisa lebih cepat jika benih ikan suda dilepaskan oleh induknya.
b.        Telur ikan nila yang akan menjadi larva di simpan dalam mulut induk nila telur ikan nila akan menetas setela antara 5 – 7 hari. Setela menetas atau menjadi larva, induk nila akan mengawasi anak ikan dengan mulutnya.
c.         Perbandingan nila jantan dan betina adalah 1:3. Dalam setiap meter persegi  masukan empat sampai lima pasang iduk nila. (5 jantan dan 20 nila betina) per meter persegi.
d.        Temperatur budidaya ikan nila sebaiknya 25 0C – 31 0C  untuk pemijahan.
e.         Temperatur di bawah 13 0C ikan nila akan mati.
f.         Temperatur antara 21 0C – 15 0C ikan nila lambat membesar. Pada suhu 27 0C ikan nila akan tumbuh dengan cepat karena suhu seperti itu akan membuat ikan nila suka makan. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)

III.             METODE KERJA


3.1  Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya,  dimulai pada tanggal 26 Juli 2010 s/d 24 Agustus 2010.

3.2  Metode Pengambilan Data
Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu studi khusus yang dalam pelaksanaanya menggunakan metode survey dan wawancara langsung, dengan harapan akan memperoleh keterangan data yang akurat mengenai subjek yang diteliti. Pengumpulan data dengan jalan mengumpulkan data primer dan data skunder. (Hasan, I. 2002.)

3.2.1   Data Primer
Pengumpulan data berdasarkan pengamatan langsung dilapangan melalui wawancara dengan petugas dan menyediakan beberapa daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dalam bentuk quisioner kepada petugas             (responden) sebagai objek yang diteliti, yaitu teknik Pemijahan Ikan Nila Secara Alami di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong kabupaten. Nagan Raya menjumpai secara langsung dilapangan baik di rumah petugas untuk memperoleh data yang maksimal.

3.2.2   Data Skunder
Pengumpulan data skunder yaitu pengumpulan data dari Lembaga-lembaga terkait, instansi pemerintah serta ditunjang oleh beberapa literatur dan studi kepustakaan yang ada hubungannya dengan penulisan laporan perakek kerja lapangan tentang Teknik Pemijahan Ikan Nila Secara Alami.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Profil Tempat Kerja Lapangan
Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kacamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya memiliki tugas pokok mengembangkan teknik pembenihan komoditas budidaya air tawar serta melindungi sumber induk/benih asal alam dan memonitor mutu lingkungan aquakultur . Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng, Kecamatan Beutong, Kabupaten  Nagan Raya beralamat.  JL. Sukamakmur takengon KM 21 Babus Salam.
Komuditas budidaya di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng yang dikembangkan antara lain: ikan nila , ikan mas, ikan lele dumbo, dan ikan tawes sejak mulai berdirinya Balai Benih Ikan (BBI) hingga sekarang masih tetap berjalan sebagi mana mestinya, yang di koordinir dinas Perikanan dan Kelautan Nagan Raya.

4.2 Sejarah Berdiri BBI Babah Krueng
Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng didirikan oleh dinas perikanan Aceh Barat pada tahun 1980, yang di jalankan oleh dinas perikanan dan kelautan Acah Barat. Kebetulan pada saat itu belum ada Kabupaten Nagan Raya. Berdirinya Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng karena memiliki sumber air yang memadai, sanggup mensuplai sepanjang tahun, serta minat petani untuk membudidayakan ikan dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, meningkatkan pendapatan aset daerah, serta untuk memenuhi permintaan lokal atau luar daerah.
Pada tahun 2002 Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng, berpindah di bawah naungan Pemda Nagan Raya, karena pada saat itu adanya program pemekaran Kabupaten baru yaitu Kabupaten Nagan Raya. Pecahan dari kabupaten Aceh Barat sampai sekarang Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng masih di koordinir oleh dinas  Perikanan dan Kelautan kabupaten Nagan Raya.


4.3 Lokasi dan Keadaan Geografi
Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, memiliki luas lahan 1,75 ha. Jenis tanah lumpur berpasir, keadaan air cukup baik yang bersumber dari irigasi teknis kerung kulu warna ainya bening mampu di suplai sepanjang tahun.
Sedangkan perbatasan lokasi Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng, di sebelah barat berbatas dengan Menasa Pante, sedangkan sebelah timur berbatas dengan Desa Belang Somat, sedangkan sebelah utara berbatas dengan Sawah dan Sungai, serta dengan Desa Tuwi Bunta, sedangkan sebelah selatan berbatas dengan Belang Dalam.

4.4  Setruktor Organisasi
Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng adalah unit pelaksanan Departemen Perikanan dan Kelautan. Di bidang budidaya air tawar, yang di koordinir oleh seoran kepala, untuk mengembangkan teknik pembenihan khususnya di bidang budidaya air tawar.

4.5     Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat dan Bahan berserta Fungsinya
Alat
Hand Teraktor


Fungsinya
Untuk membajak dasar kolam agar dasar kolam yang sudah retak dapat di perbaiki, upaya untuk mencegah terjadi  kebocoran.
Termometer
Untuk mengukur suhu air
Kertas lakmus
Untuk mengukur pH air
Bahan
Ikan jantan
Sebagai sampel praktikum untuk pemijahan

Sebagai sampel praktikum untuk pemijahan.
Ikan betina


4.6    Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung yang ada di Balai Benih Ikan (BBI) babah krueng :
1. Wada atau kolam
2. Gedung perkantoran
3. Laboratorium
4. Perumahan dinas
5. Gedung serbaguna
6. Musallah
7. Wece
8. Posjaga

4.7    Sarana Pendukung
4.7.1   Induk ikan
Induk ikan yang ada atau hasil tangkap dari alam yang akan digunakan untuk pemijahan. Umur induk yang ideal 4 – 5 bulan. Dan dipilih induk yang sudah matang kelamin atau iduk ikan yang siap untuk di kawinkan, yang perlu diperhatikan kualitas, iduk tidak cacat, matang kelamin, dan lincah


4.7.2 Pakan Ikan di BBI Babah Krueng
a. Pakan Buatan
Adapun pakan buatan yang ada di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng berupa pelet. Pelet yang ada terdiri dari dua jenis tenggelam dan terapung, pemberian pakan yang dilakukan dalam satu hari sebanyak dua kali pemberian yaitu pagi dan sore, setiap pemberian 2 kg setiap pagi dan sore kesemua kolam, adapun jumlah kolam yang di beri pakan sebangak 12 kolam. Rata-rata luas kolam yang ada di Balai Benih Ikan Babah Krueng adalah   20 x 15 m.
b.      Pakan Alami
Adapun pakan alami ikan nila, yaitu berupa plankton dan lumut yang memang sudah ada di dalam kolam, itu sendiri. Namun tidak ada pakan alami yang khusus di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng. Maka dari itu pertumbuhan benih ikan agak lambat karena kebutuhan gizinya tidak terpenuhi, adapun ciri-ciri ikan yang kurang gizi dapat dilihat dari bentuk tubuhnya. Apabila ikan tersebut badannya kecil dan kepalnya besar itu termasuk ikan yang kekurangan gizi.

4.7.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan kompenen yang penting, tenaga kerja yang digunakan hendaknya jujur, tekun, kereatif, dan bertanggung jawab. Jumlah tenaga kerja di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng adalah sebanyak Sembilan orang.

4.7.4   Sumber Air
Sumber pengairan air di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng berasal dari air sungai, air hujan, dan air tanah sumber utama air di Balai Benih Ikan Babah Krueng berasal dari Sungai Krueng Kulu. Air di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng sangat bagus dan mampu mengairi seluruh kolam yang ada baik kolam pemeliharan induk, kolam calon induk, dan kolam benih.

4.7.5   Sumber Energi (Pembangkit Arus Listrik)
Sumber energi listrik untuk seluruh kegiatan di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng, bersal dari PT. PLN cabang Nagan Raya. Apabilah terjadi pemadaman arus listrik maka yang di pergunakan adalah Generator set (Genset).

4.7.6   Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan Balai Benih Ikan (BBI) Babah Krueng yaitu dinas perikanan dan Kelautan Kabupaten Nagan Raya baik menyangkut kebutuhan peralatan, bibit ikan,  maupun gaji tenaga kerja, dan bertujuan untuk meningkatkan penghasilan aset daerah untuk melestarikan rakyat masyarakat Nagan Raya itu sendiri.

4.8  Prosedur Kerja
4.8.1 Persiapan Kolam
a. Kolam Pemijahan
persiapan kolam menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) untuk kegiatan pemijahan ikan nila adalah peneplokan/perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan mengeringkan mengarah ke kemalir, membersikan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, memasang saringan di pintu pemasukan, dan mengisi kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari ikan-ikan liar sebagai predator atau competitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.  
Adapun yang penulis lakukan dalam persiapan kolam pemijahan dikeringkan selama tiga hari sampai dasar kolam tersebut Retak-retak sehinga hama atau organisme patogen yang ada didalam kolam tersebut musnah, sehingga tidak ada lagi hama dan penyakit yang terdapat di dalam kolam pemijahan. Dan dasar kolam di ratakan kembali agar kolam tidak terjadi kebocoran, yang paling pentingnya pengelolaan dasar kolam supaya di saat pemijahan, induk jantan muda dalam membuat sarang/selokan. Ikan nila jantan pada saat itu akan agresif mengejar induk betina dan akan selalu menjaga areal sarang tersebut, menutup saluran pengeluaran air dan membuka saluran pemasukan air, memasang saringan di pintu pemasukan agar ikan-ikan liar tidak masuk kedalam kolam pemijahan.
b. Kolam Pendederan
Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) luas kolam pendederan dibuat antara 100 m2 kolam pendederan disiapkan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu selama kira-kira 3 hari. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan kapur tembok sebanyak 10 g/m2 (untuk kolam baru100-250 g/m2  kotoran ayam 25 g/m2, orea 2 g/m2, dan TSP 5 g/m2 jika dalam kolam sering tumbuh lumut hijau (Spirigyra) sebainya jangan di pupuk orea. Setelah pupuk di dasar kolam rata, kolam dapat di aliri air sampai setinggi 0,5 m selama 5-7 hari. Sebelum air masuk ke kolam pendederan, air tersebut harus di saring dahulu dalam bak fiter sehingga sehingga air menjadi bersih.
Adapun yang penulis lakukan dalam persiapan kolam pendederan dilakukan pengeringan selama 3 hari agar hama dan penyakit yang ada dalam kolam bisa musnah sehingga larva ikan yang didederkan terlepas dari hama dan penyakit, benih yang ditebar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk mengembalikan tanah atau dasar kolam yang suda retak diperlukan  hend traktor untuk membajak agar dasar kolam kembali rapat, bertujuan untuk menjaga terjadi kebocoran, air yang dimasukkan tidak keluar ataupun kering. Pemupukan semestinya perlu tetapi di karnakan di Balai Benih Ikan Babah Krueng pada saat itu kehabisan setok maka pemupukan tidak dilaksanakan dan luas kolam yang di pergunakan untuk kolam pendederan 25 x 15 m.

4.8.2  Seleksi Induk
Adapun menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Untuk memilih induk  yang  baik diperlukan pengalaman. Namun demikian sebagi pedoman praktis, ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah sebagai berikut:
1.        Umur antara 4-5 bulan dan bobot 100-150 g. induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600 g.
2.        Tanda nila jantan, warna badannya lebih gelap dari betina. Bila waktunya memijah, bagian tepi sirip berwarna merah cerah. Sifatnya galak terutama tarhadap jantan lainya. Alat kelamin berupa tonjolan (papilla) di belakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma. Tulang rahang melebar ke belakang yang memberi  kesan kokoh. Bila waktu memijah tiba, sperma yang berwarna putih keluar dengn pengurutan perut ikan ke arah belakang. Sisik nila jantan lebih besar dari pada nila betina. Sisik di bawah dagu dan perut brwarna gelap. Sirip punggung dan ekor bergaris yang terputus-putus.
3.        Tanda nila betina, alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus. Namun pada tonjolan itu ada dua lubang. Lubang yang depan untuk mengeluarkan telur, sedangkan lubang belakang untuk mengeluarkan air seni warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakannya lamban. Bila telah mengandung telur yang matang (saat hamper mijah), perutnya tampak besar. Namun bilah perutnya di urut, tidak ada cairan atau telur yang keluar. Sisik di bawah dagu dan perut berwarna putih/cerah. Sirip punggung dan ekor bergaris-garis tidak terputus-putus.
Adapun yang penulis lakukan untuk melakukan pemijahan ikan nila terlebih dahulu, yang harus di lakukan adalah memelih induk yang berkualitas tidak cacat, linca, sudah matang alat kelamin. Bertujuan agar induk yang di pijahkan atau yang mau dikawinkan Bener-benar berkualitas agar memperoleh hasil yang memuaskan sesuai apa yang diharapkan, mempercepat proses pemijahan mencapai target yang diinginkan.
a.    Induk Jantan
     Untuk induk jantan berumur satu (I) tahun dan tidak cacat, agresif, dan yang terpenting sudah matang kelamin dan siap untuk dipijahkan. Tanda warna badan lebih gelap dari betina, bila waktunya memijah bagian tepi sirip cerah. Sifatnya galak terutama terhadap jantan lainya. Alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma. 


b.    Induk Betina
 Berumur 8 bulan dan tidak cacat, yang terpenting matang gonad dan siap untuk di pijahkan. Alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus. Namun pada tonjolan itu ada dua lubang. Lubang yang depan untuk mengeluarkan telur, sedang lubang belakang untuk mengeluarkan air seni. Warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakannya lamban. Bila telah mengandung telur yang matang, perutnya tampak membesar. Namun bila perutnya diurut, tidak ada cairan atau telur yang keluar.

4.8.3 Pengukuran Kualitas Air
a. Suhu air
Menurut (Carman, O dan Sucipto, A 2009) ikan mempunyai batas toleransi suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhanya, inkubasi telur, konversi pakan, dan resisitensi penyakit tertentu. Batas optimum dari suhu berbeda-beda, tergantung dari faktor lain, seperti pH, tekanan ogsigen, ketinggian, kedalaman air, dan cuaca. Kondisi suhu ini akan sangat berpengaruh bagi kesehatan ikan pada kondisi normal maupun pada saat pengobatan ikan.
Suhu lethal (mematikan) untuk hampir semua spesies ikan adalah 10-110 C selama beberapa hari. Nafsu makan ikan akan terganggu ketika suhu di bawah 16-170 C. kemampuan reproduksi akan mengalami penurunan pada suhu di bawah 21  0 C. Hal ini berkaitan dengan metabolisme dan aktivitas ikan yang dibudidayakan. Suhu air optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 28-32 0C. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan ikan yang dibudidayakan juga mampu beradaptasi dengan suhu apabila oksigen terlarut sesuai dengan kebutuhannya.                            (Carman, O dan Sucipto, A 2009)
Pengukuran suhu yang dilakukan dengan menggunakan termometer dalam tiga kali pengukuran pagi, siang dan malam sedangkan suhu yang terdapat adalah sebagai berikut : pada pagi hari 23 0C,  siang 27 0C, dan malam hari  26 0C jadi dapat penulis simpulkan suhu air di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng normal dan sangat bagus untuk budidaya, jenis ikan apa saja yang habitatnya di air tawar khususnya ikan nila.
b.    pH
Menurut (Carman, O dan Sucipto, A 2009) nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Pertumbuhanya mengalami penurunan pada lingkungan dengan pH yang rendah. Namun demikian, nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10. Batas pH yang mematikan adalah 11 atau lebih. Sebaiknya pH air diperhatikan pada nilai netral atau pada kisaran 6,5 – 8,0.  
Pengukuran pH yang dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng dengan menggunakan kertas lakmus sedangkan pH yang terdapat dalam tiga kali pengukuran sebagai berikut : pengukuran kolam pertama 6 ppm, pengukuran kolam kedua 7 ppm, dan pengukuran kolam ketiga 7 ppm. pH di Balai Benih Ikan (BBI) Babah krueng yang terdapat normal, dan sangat bagus untuk melakukan budidaya untuk semua jenis ikan air tawar khususnya ikan nila.

Table 1.2. Parameter Kualitas Air
No
Parameter Kualitas Air
Satuan
Hasil
1
a. Suhu
1. Pagi
2. Siang
3. Malam

oC
oC
oC
23
27
26
2
b. pH
1. Kolam Pertama
2. Kolam Kedua
3. Kolam Ketiga

Ppm
Ppm
Ppm

6
7
7

4.8.4 Pemijahan dan Penetasan Telur
Setelah permukaan air mencapai ketinggian 50 – 70 cm, Induk-induk terpilih mulai dimasukan satu per satu kedalam kolam pemijahan ini. Pemasukan induk ikan ini biasanya pada pagi hari atau sore hari. Ini untuk menjaga agar induk tidak stress karena suhu air yang tinggi. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
Perbandingan induk jantan dan betina yang di kawinkan biasanya 1:2 bilah iduk jantan yang dimasukan ke kolam sebanyak 15 ekor maka induk betina sebanyak 30 ekor. Dengan demikian, setiap induk jantan diharapkan dapat mampu mengawini 2 ekor induk betina. Hal ini utuk menghindari persaingan iduk jantan dalam memperebutkan pasangan. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
Bukan hanya perbandingan jantan dan betina yang harus diperhatikan, tetapi kepadatan   penebaran induk ini pun mesti juga mendapat sorotan. Untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, harus di sediakan lahan 4 m2. Bilah lahannya luas, persedian induk kurang, masih dibenarkan dan dianggap efektif menempatkan pasangan induk dalam 20 m2 luas kolam. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
Setelah menyesuaikan diri seperlunya, biasanya indukjantan akan mulai menggali sarang pemijahan berupa lubang pada dasar kolam yang lunak. Tidak lama setelah sarang siap, tampa membuang waktu lagi induk jantan segera memburu induk betina untuk dibawa ke atas sarang yang telah dibuatnya. Kemudian induk betina melepaskan telur. Selanjutan dengan cepat membuahi dengan menyemprotkan spermanya. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
Selesai memijah, induk betina mengisap telur yang telah dibuahi untuk dierami dalam mulutnya. Oleh karena itu, ikan ini mendapat julukan mouth breeder atau pengeram dalam mulut. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
adapun pemijahan yang penulis lakukan memasukkan induk jantan dan betina didalam kolam pemijahan untuk melakukan perkawinan, pemasukan induk yang dilakukan pada soreh hari sedang kan proses pemijahan induk jantan membuat sarang berupa lubang. setelah lubang siap induk jantan mengejar induk betina bertujuan mengajak induk betina melakukan pemijahan ketiak induk betina mengeluarkan telur induk jantan mengemprot sepermanya agar telur yang dikeluarkan betina dapat terbuahi. telur yang suda terbuahi di erami oleh induk betina dalam mulut sampai telur itu menetas dan menjadih larva, hinga sampai sampai larva dan mampu berenag bebas diperairan tanpa dijaga induknya. Sedangkan jumlah induk jantan yang di pijakan 1 ekor dan induk betina 2 ekor dikarenakan iduk yang diseleksi cumin 2 ekor yang matang gonad menurut penulis. Dan luas kolam 2 x 1 m2. Ketinggian air yang dimasukan 45-70 cm

4.8.5 Pendederan
Pendederan benih adalah pemeliharaan benih ukuran lepas induk (impukan) yaitu kebul yang berumur 5 – 7 hari sampai ukuran siap tebar untuk pembesaran yang berbobot 100 g/ekor. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009)
Benih yang telah berumur tujuh hari dipindakan ke kolam pendederan agar benih mendapatkan makanan alami didalam kolam pendederan seperti fitopelankton, zooplankton dan lain sebagainya, agar pertumbuhannya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jumlah larva yang di tebar sebanyak 400 ekor dari hasi 2 ekor induk yang telah di pijahkan dan penghitungan larva yang penulis lakukan mengunakan cara penghitungan keseluruhan (satu persatu). Dikarenakan jumlah larva tidak terlalu banyak, maka dari itu dilakukan perhitungan keseluruhan.


V.                KESIMPULAN DAN SARAN


3.2     Kesimpulan
Adapun hasil praktik kerja lapangan yang telah penulis lakukan. Dapat disimpulkan sebagai berikut :
·         System teknik pemijahan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang di lakukan di Balai Benih Ikan (BBI) Babah Kerueng meliputi kegiatan, persiapan kolam, seleksi Induk, pengukuran suhu dan pH, pemijahan (perkawinan ikan) dan pendederan.
·         Didalam pemijahan ikan nila yang perlu diperhatikan yaitu induk jantan dan betina yang sudah matang kelamin dan tidak cacat, dan kualitas air perlu juga dijaga agar proses pemijahan berjalan dengan baik.

3.3     Saran
·         Diharapkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Nagan Raya agar, memperhatikan kebutuhan dilapangan, supaya dimasa yang akan datang tidak terjadi kehabisan pupuk, karena pupuk sangat perlu dalam melakukan kegiatan budidaya apalagi di bidang pembenihhan.
·         Dalam pelaksanaan praktek kerja lapang diharapkan adanya pengawasan dari akademik (fakultas) sehingga proses pembelajaran dilapangan dapat berjalan dengan baik. Kiranya betul-betul fokus agar dapat memberikan dampak positif  baik bagi mahasiswa yang melakukan praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2009, Biologi Ikan Nilah dan Kelafikasi Ikan Nila http://www.scribd.com (diakses pada hari kamis tanggal 1 juni 2010).
Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. gromedia Jakarta. 1, 17, 18, 19, 20, dan 21 hal.
Carman, O dan Sucipto, A, 2009. Panen Nila 2,5 Bulan.  Penebar Suadaya Jakarta. 5 & 6 hal.
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. hal. 260.
Kemal, Prihatman, 2000. Budidaya Ikan Nila http://www.ristek.go.id (diakses pada tanggal 27 juli  2010). Hal 14 dan 15
Murtidjo, A, B, 2001. Beberpa Metode Pembenihan ikan Air Tawar. Jl. Cempaka 9, Yogyakarta. Hal  67.
Susanto, Heru, 2007. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penbar Swadaya Jakarta. hal. 36, 37, dan 38
Tim Karya Tani Mandiri, 2009. Pedoman Budidaya Ikan Nila. Bandung Nuansa Aulia JL. Permai 28 No. 99  hal 2, 3, 4, dan 22.