I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Kelapa Sawit (Elais guenensis jacg) berasal dari Afrika Barat, tepatnya di daerah Nigeria, kemudian menyebar ke berbagai daerah hingga ke portugis, Spanyol dan Belanda. Sedangkan kelapa sawit yang masuk ke Indonesia berasal dari bourbond (mouritius) dan Amsterdam. Pada saat Bangsa Belanda melakukan eksponsinya ke berbagai penjuru dunia tibalah mereka di kepulawan Jawa (Indinesia) dan membawa dua batang kelapa sawit, yang di tanam di kebun Raya Bogor sekiktar tahun 1884 (Anonimous, 1997).
Tanaman Kelapa Sawit (Elais guenensis jacg) termasuk kedalam palmmaceae dari ordo palmales. Kelapa Sawit meripakan komoditi ekspor Indonesia yang memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Peran utama kelapa sawit sebagai penghasil devisa nonmigas, menguatkan posisinya sebagai mata dagang yang mempunyai prospek dimasa depan, (Anonimous, 1997).
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik dan hasil yang tinggi diperlukan pembibitan yang tepat, karena hal tersebut merupakan titik awal yang paling menentukan masa depan pertumbuhan kelapa sawit. Dalam usaha budi daya tanaman, pemupukan juga merupakan suatu hal yang sangat penting untuk di perhatikan, baik penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara yang diperlukan. Bila penggunaan pupuk pada tanaman tidak di perhatiakan secara sesuai, akan mengakibatkan hahl-hal yang diluar kewajaran, (Anonimous, 1997).
Tabel : 1. Luas areal tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun (1971– 1991).
Tahun
|
PT. Perkebunan
|
PR. Swasta
|
Prek. Rakyat
|
1971
1992
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
|
11.153
69.562
98.033
117.513
120.940
141.333
148.775
163.465
190.649
199.136
121.126
249.000
274.200
311.100
|
55.496
64.223
59.747
67.885
69.772
71.626
76.651
77.701
79.000
80.205
96.100
110.800
117.700
160. 000
|
74.000
1.322
1.426
1.150
2.001
2.759
2.901
3.072
3.072
6.150
41.90
58.800
76.400
163.000
|
Sumber ; Dinas Perkebunan Kabupaten Simeulue
Dari tabel 1 di atas dapat kita lihat bahwa luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahu 1984 diproyeksikan seluas 1.131.000 Hektar. Produkksi minyak nabati dunia pada tahun 1981 mencapai 41,895,000 metrik ton. Diantaranya 5,185,000 metrik ton sekitar 12% berasal dari minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi minyak kelapa sawit serta minyak inti sawit di Indonesia baru mencapai 914,000 ton, atau lebih kurang 2,18% dari produksi minyak nabati dunia, atau 17% dari munyak nabati yang di hasilkan oleh Indonesia, ( Anonymous, 1959 ).
Bagi indonesia tanaman sawit sangat memiliki arti bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja juga bisa sebagai sumber prolehan devisa negara.
Adapun teknis – teknis pembibitan tanaman sawit untuk di serapkan serta dikembangkan baik di perusahaan swasta maupun di perkebunan rakyat perlu di perhatikan terlebi dahulu hal-hal teknis pembibitan tanaman kelapa sawit itu sendiri dari seleksi biji pada perkecambahan, tujuannya adalah untuk mengetahui yang baik dan yang jelek. Supaya sewaktu kita melakukan persemayam tidak terlalu banyak bibit tanaman tersebut yang mati atau yang tidak bisa di tanami.
B. Tujuan Praktek Lapangan
1. Mengetahui secara langsung permasalahan yang dihadapi dalam proses pembibitan tanaman kelapa sawit di PDKS di Kabupaten Simeulue serta mencari alternative pemecahannya.
2. Memperluas wawasan keilmuan mahasiswa dan masyarakat pengolahan perusahaan perkebunan, guna meningkatkan profesionalisme dalam kegiatan pertanian.
3. Memperdalam ilmu pengutahuan dan pengalaman mahasiswa yang melaksanakan praktek lapangan maupun juga masyarakat tani itu sendiri.
C. Manfaat Praktek Lapngan
1. Sebagai sarana pembanding antara ilmu – ilmu teoritis yang di dapat di bangku kuliah dan aplikasi langsung yang di laksanakan oleh para petani di lapangan.
2. Terwujutnya suatu ikatan kekeluargaan antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktek lapanghan dengan petani ditempat kegiatan yang dilaksanakan.
3. Mengetahui gambaran kehidupan petani secara nyata sehingga dapat diketahui problema yang dihadapi dalam kegiatan pertanian.
I. TINJAWAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman kelapa Sawit.
Klasifikkasi tanamn kalapa sawit:
Devisio : Sprmatohyta
Class : Monokotyledinae
Ordo : Palmales
Famili : Peminae
Genus : Elais
Species : 1. Elais gueneensis jacg ( Kelapa sawit Afrika )
2. Elais melanococca au coroso oleifera ( Kelapa sawit Amerika Latin )
Varitas : Digolongkan berdasarkan
1. Tebal tipisnya cangkang ( endocarp ) dan dikenal ada 3 varita, yaitu dura, pisi, fera dan tenera.
2. Warna buah dikenal ada 3 tipe, yaitu Nigrescens, Virencens, dan Albecens
Menurut Risza (1994) tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Perakaran tanaman kelapa sawit banyak berkembang di lapisan, tanaman atas sampai kedalaman 1 meter dan semakin kebawah semakin sedikit. Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga bagaian penting:
1. Bagian vegetatif meliputi (akar, batang dan daun)
2. Bagian generatif meliputi (bunga dan buah)
3. Baguian Vegetatif.
a. Akar
Seperti jenis tanaman pemae yang lain, tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar tanaman kelapa sawit tumbuh ke bawah dan kesamping membentuk akar perimmer, sekunder, tersier, serta akar, kuartener. Akar perimer tumbuh fertikal (radicle) maupun mendatar (Adventitious roots).
Berdiameter 5-10 mm. Akar sekunder tumbuh dari akar perimer, akar tumbuhnya mendatar maupun kebawah. Berdiameter 1-4 mm. Akar tersiertumbuh dari akar sekunder, tumbuhnya mendatar panjang mencaapi 15 cm, berdiameter 0.5 – 1.5 mm.
Akar kuertener tunbuh dari akar tersier, berdiameter 0.2 - 0.5 mm dan panjang rata-rata 3 cm. Akar kuartener berperan aktif menyerap unsur hara air dan oksigen. Silain fungsi akar sebagai penyerap sat hara.
b. Batang
Batang kelapa sawit tumbuh harus keatas, diameter batang normal mencapai 40 - 60 cm. Tetapi penghalngnya membesar. Karena batang kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya tidak mempunyai kambium serta pada umumnya tidak bercabang. Batangnya berbentuk selider, batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun. Akan tetapi dalam keadaan lingkungan yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun.
Batang berfungsu sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan . Dari segi ekonomis, batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi, pulp (bahan baku kertas), bahan kimia atau sebagai sumber energi ( Styamidjaja 1991 ).
c. Daun
Daun kelapa sawit bersisip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal daun ada duri-duri dan bulu – bulu halus sampai kasar susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa yaitu membentuk susunan dan majemuk. Daun – daun tersebut akan membetuk suatu pelepa daun yang panjang mencapai 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun tiap pelepa berkisar antara 250 – 400 helai.
Daun mudah yang masih cukup warnanya kuning pucat pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proases foto sintesis berlangsung, maka semakin banyak juga bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi kelapa sawit bisa mengalami peningkatan.
Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal pelepah daun 40-60 buah. Dari bagian daun ini , belum begitu banyak yang difungsikan atau dimanfaatkan hanya sebagian kecil dari lidi yang dimanfaatkan untuk dibuat menjadi sapu.
1. Bagian Generatif
a. Bunga
Bunga kelapa sawit berumah satu, pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisasah pada tandan bunga yang berbeda. Tandan bunga terletak di ketiak daun. Muali tumbuh selama tanaman berumur sekitar 1 tahun. Primardila (bakal) bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan) pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanaman. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang yang panjang antara 10-20 cm pada tanaman dewasa, atau tandan mempunyai 200 cabang bunga. Setiap cabang mengandung 7000-1200 bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri dari 6 helai benag sari dan 6 parhiasan bunga. Tepung sari berwarna kuning pucat dan berbuah spesifiok. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25-50 gram tapung sari. Bunga betina terletak pada tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai 100 -200 cabang, dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina memilliki 3 putik dan enam perhiasan bunga, diantara bakal buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat 2 ataupun lebih.
Bunga jantan maupun bunga betina terbuka selama 2 hari, sekalipun dalam keadaan musim hujan bisa sampai 4 hari. Tepung sari menyerbuki selama 2-3 hari. Tetapi makin lama daya hidupnya ( viabilitas ) makin menurun.
b. Buah
Warna buah kelapa sawit tergantung pada faritas dan umumnya buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian berubah menjadi hijau hitam. Semakin tua warna buah menjadi kuning mudah dan ketika sudah masak berwarna merah kuning (jingga). Melalui dari penyerbukan sampai buah matang memerlukan waktu 5-6 bulan. Tiap buah panjangnya 2-5 cm. Kelapa sawit tipe deli lebih besar ukurannya dari pada kelapa sawit Afrika.
1. Kullit Buah ( Exocarp )
2. Dingin buah (Pulp, Mesocerp) yang banyak mengandung dingin.
3. Cangkan (Tempurung, Shell, Andorerp).
4. Inti ( Kernel, Andesperm ), mengandung minyak seperti minyak kelapa.
Esocarp dan mesocarpp sering juga disebut sebagai pericarp yaitu bagian buahnya yang mengandung sebagian besar minyak kelapa sawit. Rendemen minyak dalam pericarp sekitara 24%, sedangkan dalam intinya hanya sekitar 4%, kualitas minyak inti lebih baik dari pada minyak yang terkandung dalam pericarp. Proses pembentukan minyak dalam dingin buan berlangsung selama 24 hari, yaitu sampai buah mencapai tingkat masak sempurna, masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus, tepi berangsur-angsur dimulai dari bagian atas dan bagian samping yang terkenak sinar matahari menuju kearah bawah (pangkal), satu tandan buah telah siap untuk dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut telah lepas dan jatuh ke tanah.
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
1. Iklim
Kelapa Sawit adalah tanaman tropis yang tumbuh di dataran garis lintang 130 lintang utara 120 lintang selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia dan Amerika Latin, persyaratan iklim yang dikendali oleh tanaman kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut:
Cura hujan pertahun adalah 400-500 mm, optimal pada 2000-3000 mm. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahun, berakibat hasil produksi buah berkurang, karena pertumbuhan fegetatif lebih dominan dari pada pertumbuhan generative sehingga bunga/ buah yang terbentuk lebih sedikkit (riszalt, 1994) dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai september. Keadaan iklim sedemikian sangat mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah yang terus menerus, sehingga diperole produksi yang sangat tinggi.
Suhu merupakan salah satu faktor penting pertumbuhan produksi tanaman kelapa sawit, karena suhu sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat di atas permukaan laut. Maka selalu ada hubungan antara suhu dengan ketinggian tempat bagian penanaman kelapa sawit. Secara umum dapat dikatakan buah tanaman kelapa sawit menghendaki suhu yang optimal, serta ketinggian 0-500 meter dari atas permuskaan laut (Harjdi, 1999).
Tanaman kelapa sawit membentuk penyinaran mata hari yang cukup, pertumbuhannya akan terhambat sehingga produksi bunga betina menurun. Lama penyinaran mata hari rata-rata 5 jam dan menjadi 7 jam per hari untuk beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentuk bunga (sexratio) dan produksi buah, (Risza, 1994).
Kondisi iklim yang baik untuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Sifata –sifat iklim di beberapa lokasi pusat penanama kelapa sawit.
Nama Tempat
|
Lintang dan Bujur
|
Cura Hujan
|
Suhu (OC)
|
Rata – rata Penyinaran
|
Medan
indonesia
|
3035,LU
98041,BT
|
2487 mm
|
Min 22,5
Mak 30,9
Rat 26,0
|
2580 jam/ tahun
6,9 jam/ hari
|
Telu Anson
Malaysia
|
402,LU
10101,BT
|
2513 mm
|
Min 33,0
Mak 32,2
Rat 27,6
|
2230 jam/ tahun
6,1 jam/ hari
|
Sumber: Kantor Pusat perkebunan Kabupaten Simeulue 2010 dari data tabel dua menggambarkan bahwa kondisi yang baik untuk tanaman kelapa sawit di Indonesia antara lain, suhu maksimum 22,50c minimum 30,9 0c, dengan suhu rata –rata 26,00c
2. Tanah dan Topografi
Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbagai jenis tanah. Pertumbuhan kelapa sawit secara optimal memerlukan jenis tanah yang sesuai dengan. Jenis tanah yang baik untuk tanaman sawit adalah Latososl, Potsolik, merah Kuning dan Aluvial yang kadang - kadang meliputi pula tanah gambur dan pantai dan muara sungai ( Rasyidin, 1983 )
Sifat – sifat tanah dan kimia tanah harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah adanya deraenase yang baik, permukaan air tanah untuk dalam, solum cukup dalam agar perkembangan akar tidak terganggu, pH tanah yang di kehendaki untuk pertumbuhan tanaman secara optikmal berkisar antara 5,0 – 5,5 cm. (Risza, 1994)
II. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan waktu praktek lapanagan.
Praktek lapangan dilaksanakan di kecamatan Teupa Selatan Kabupaten Simeulue Desa Latiyung pada tanggal 28 Agustus 2010 sammpai denga 27 Septembber 2010.
B. Metode Praktek Lapangan
Adapun tepat pelaksa praktek di salah satu perusahaan PDKS. Waktu pelaksanaan kegiatan berlangsung selama lebih kurang 4 minggu terhuitung sejak tanggal 28 Agastus yang di gunakan adalah pengamatan langsung atau survey yang bertujuan untuk memperoleh data primer dengan wawancara dengan staf di PDKS.
Serta tujuan langsung kelapangan melihat akfitas yang dilaksanakan oleh para pekerja – pekerja. Data skunder dikumpulkan dari wawancara dengan pekerja dengan masyarakat di sekitar PDKS. Data skunder juga di dapat dari lembaga pemerintahhan maupun suwasta dan juga literatur yang berhubungan denga objek praktek lapangan.
III. GAMBARAN UMUM PRAKTEK UMUM DI KECAMATAN TEUPA SELATAN DESA LATIYUNG
A. Gambaran Umum Wilayah
1. Lletak Geografis
PDKS merupakan salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) yang bergerak di bidang pembibitan kelapa sawit. PDKS tersebut berdiri sejak 17 Maret 2002 luas lahan pembibitan di PDKS 2 Hektar sekaligus pusat pembibitan di Kabupaten Simeulue dengan batas geografis sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suak Buluh
b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Anaa’o
c. Sebelah Timur Berbtasaan dengan Desa Labuhan Bajau
d. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pulo Bangkalak
Areal pembibitan PDKS Kec. camatan Teupa Selatan Desa Latiyung mempunyai potensi yang sangat baik untuk di kembangkan karena topografis jenis tanaman perkebunan PDKS adalah Aluvial, Latosol, dan Popsolid merah kunig (PMK), dengan keadaan topografis tanah dataran rendah dan perbukitan.
2. Potensi Wilayah
Jumlah penduduk Desa Latiyung pada tahun 2010 sebanyak 1015 jiwa 502 pria dan 513 wanita
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarka pekerjaan.
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Jiwa
|
Persentase
|
1
|
Bidang Pergtanian
|
650
|
65%
|
2
|
Nelayan
|
165
|
16%
|
3
|
Pedagang
|
40
|
5%
|
Sebagian besar pekerja/ karyawan di PDKS Kabupaten Simeulue berlatar belakang Sarjana Pertanian dan Sarjana Ekonomi jumlah karyawan di PDKS Kabupaten Simeulue dapat dilihat dari ;pada tabel.
Tabjel 4. Jumlah karyawan PDKS
No
|
Utaian
|
Jumlah
|
keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
Staf Kantor
Staf Lapangan
Staf Ahli
Mandor
Scurity
BHL
|
4 Orang
9 Orang
4 Orang
3Orang
2 Orang
72 Orang
|
Buru Harian Lepas
|
Sumber : PDKS Kecamatan Teupah Selatan Desa Latiyung
Dari Data tabel 3 menunjujkan bahwa jumlah karyawan serta staf di PDKS dapat di rincikan menjadi : Staf Kantor 4 Orang, Staf Lapangan 9 orang Staf Ahli 4 Oarang, Mandor 3 Orang, Scuryty 2 orang, Buru Harian lepas 72 orang.
Tabel: 5. Jumlah Karyawan Berdasarkan pendidikan
No
|
Jenis Pendidikan
|
Jiwa
|
1
|
Sarjana pertanian
|
9 Orang
|
2
|
SMA
|
20 Orang
|
3
|
SMP
|
15 Orang
|
4
|
SD
|
8 Orang
|
Sumber: Kantor PDKS Kabupaten Simeulue
B. Keadaan Potensi Desa Latiyung
1. Sistim UsahaTani.
Pada umumnya masyarakat Kecamatan Teupa Selatan Desa Latiyung adalah petani, sebagian besar dari mereka sudah melakukan sistim usaha tani secara teknis dan intesif dan ada juga yang menggunakan cara lama yang bersifat sederahana dan tradisional. Berbagai jenis komoditi sudah di usahakan atau di budi dayakan, melalui dari tanaman pangan, palawija sampai tanaman perkebunan yaitu tanamna keras seperti tanaman kelapa sawit, coklat, karet, pinang kelapa dan lain sebagainya. Menurut pengamatan penulis petani yang masih menggunakan cara tradisional, usaha tani yang mereka lakukan tidak mendapatkan hasil yang optimal, hal ini disebabkan karena belum adanya penyuluhan dari pihak pemerintah setempat, seperty dinas pertanian tentang tata cara budi daya tanamna yang baik sehingga pertunbuhan dan produksi tanaman tidak akan mendapat hasil yang optimal. Sering kemajuan dan perkembangan zaman, petani di kecamatan Teupa Selatan Desa Latiyung telah banyak yang menjalankan pola usaha tani dari yang bersifat sederhana (tradisional) menjadi sistim usaha tani yang lebih moderen dengan menggunakan alat – alat mekanisasi yang lebih moderen pula.
2. Petani dan Kelembagaan
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di wilayah kecamatan Teupa Selatan Desa Latiyung meliputi 16 Desa dan 10 kelompok binaan dari wilaya kerja balai penyuluhan pertanian (WKBPP) Kecamatan Teupa Selatan dengan kelompok yang berbeda –beda setiap kelompok tani di Latiyung memiliki struktur organisasi tersendiri yang telah di akui dan di SK kan oleh Pemerintah Kabuhpaten, kelompok tani tersebut sebagian besar telah di bekali oleh berbagai ilmu – ilmu yang melalui pelatihan, penyuluhan dan pengarahan dari PPl setempat dan instansi terkait
.
C. Sistim PembibitanTanaman kelapa Sawit di PDKS Simeulue Desa Latiyung Kec. Teupa Selatan
1. Penyediaan Biji Sawit.
Biji di dapat dari perusahaan – perusahaan yang bergerak di dalam penyediaan bibit, dan mempunyai sertifikkasi yang telah di akui oleh instansi pertanian dan telah mendapatkan lisensi sebagai penyediaan bibit, yang telah berbukti keunggulah serta penyediaan bibit kelapa sawit dalam jumlah yang memadai. Kegiatan pembibitan kelapa sawit dimulai dengan melakukan seleksi biji, mengecambakan. Menyamai dan pembibitannya.
2. Sleksi dan perkecambahan biji
Sleksi bibit penting dilakukan karena akan menentukan kualiktas dan kuatitas kelapa sawit di kemudian hari. Untuk mendapatkan tanaman yang bersifat unggul, biji yang dipilih sebaiknya dari persilangan faritas unggul. Di Indonesia lebih banyak menggunakan bahan tanaman yang berasal dari persilangan. Dura dan pasi fera, hasil persilangannya di anggap sangat baik dari segi ekonomis, yaitu didasarkan kriteria produksi minyak per hektar, mutu minnyak, pertumbuhan fegetatif, serta daya tahan terhadap penyakit tajuk dan gonoderma.
Agara pertumbuhan benih maksimal dan merata, biji – biji perlu dikecambakan terlebih dahulu. Untuk mempercepat perkecambahan dapat dilakukan dengan menipiskan kulit biji yang keras dan tebal dengan cara mengasahnya, akan tetapi tidak boleh melakui daging biji atau dengan melarutkan biji dalam larutan HCl 01%.
3. Pengecambahan Terbuka.
Biji – biji desemai di bedengan – bedengan terbuka dengan media pasir dan tanah setebal 20 cm. Biji – biji di deder setebal + 3 cm di bawah media dan disiram sekali sehari. Persentase perkecambahan biji rata –rata menmcapai 50% dalam waktu 6 bulan yang telah dilakukan di PDKS Kab. Simeulue Kec. Teupa Selatan Desa Latiyung. Biji kelapa sawit dimasukkan dalam alat pengecambahan denga suhu 30 – 40 0C selama 40 hari. Dengan proses ini kadar air biji ditingkatkan menjadi 22% selama 2 hari. Selanmjutnya biji di rendam, lalu dimasukan kedalam kantong pelastik. Setiap kantong pelastik berisi 500 butir. Kemudian dimasukan pada ruangan yang bersuhu 280C. Sepulu hari kemudian, biji –biji akan berkecambah. Keuntungan denga menggunakan kecambahan seperti ini dalam benih dapat dikirim ketempat yang lebih jauh dan apabila akan di kecambah lebih lanjut, kadar air benih dapat menjadi 22%.
4. Persemaian ( pre-nursery ).
Persemaian bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dilpindahkan kepembibitan. Medium persamaian biasanya dipilih pasir tau tanah berpasir. Persamaian dapat dilakukan denga dua cara, yaitu dalam bentuk bedengan atau polibag. Persamaian dalam bentuk bedengan.
Ada dua macam persamaian dalam bentuk bedenga, yaitu diatas tanah langsung dan dalam bak semai. Persemaian diatas tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam 20 cm, lalu dimcampur denagan pasir yang telah dipersiapkan. Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam denga jarak 7,5 x 7,5 cm sedalam 2 – 5 cm atau tergantung pada akarnya. Agar tidak terjadi kekerinagan, bibit harus disiram dengan ferekuensi penyiraman tergantung pada kondisi lahan persemaian. Biasanya penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan solre hari. Agar bibit tumbuh dengan baik, perlu dilakukan pemupukan, terutama pupuk yang mengndung nitrogen misalnya amonium fasfat. Dari persemaian ini mulai dilakukan seleksi bibit, yang tumbuh kerdil dan abnormal dibuang, sedangkan bibit yang baik pertumbuhannya dipindahkan ke pembibitan setelah mempunyai 4 -5 daun. Pada dasarnya sistim pembibitan ada dua cara yaitu, sistim pembibitan tahap ganda (Double stage system) dan sistim pembibitan tahap tunggal (single stage system). Persamaian bibit adalah persamaian tempat pemeliharaan bibit yang akan di okulasi. Dipersemaian bibit akan dipelihara sampai beberapa bulan sampai tiba saatnya okulasi dilakukan.
a. Syarat tempat
1. Datar tidak terlalu miring.
2. Deakat dengan sumber air.
3. Cukup subur.
4. Bebas dari sisa – sisa akar dan gulma
5. Dekat dengan areal yang akan ditanami.
b. Pengolahan Lahan.
Lahan untuk dijadikan persemaian perlu gambur sehingga mudah untuk dimasukan pada tempat persamaiana yang telah disediakan bebas dari akar dan kotoran. Tanah harus di ratakan dan di haluskan, kemudian dibentuk menjadi petak – petak atau bedengan yang tingginya 0,20 m, kemudoian di antara bedengan –bedenga dibuat parit – pari untuk mengeluarkan air sebesar 0,50 m.
IV. PENUJTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapangan yang dihasilkan di PDKS. Kabujpaten Simeulue Kecamatan Teupa Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknis pembibiktan kelapa sawit yang di lakukan di PDKS sangat baik, hal ini terlihat dengan penggunaan cara-cara yang lebih baik modren.
2. Pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit tidak dapat tumbuh dengan optimal apabiola tidak dilakukan perlakuan khusus baik secara tiknis maupun nonteknis.
3. Kehadiran PDKS sangat berdampak positif bagi masyarakat disekitarnya hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi masyarakat yang bekerja pada perusahaan tersebut di bendingkan dengan petani biasa.
B. Saran
1. Perlu di tingkatkan pengawasan dan bimbingan dari pihak fakultas pertanian tentang oprasional pelaksanaan kegiatan praktek lapangan.
2. Sesuai dengan tujuan pelaksanaan kegiatan praktek lapangan perlu di tingkatkan metode – metode pelaksanaan sehingga dalam melakukan pengamatan terhadap subjkek yang di teliti tidak bersifat monoto, akan tetapi lebih bersifat feriatif dan inofati.
3. Diharapkan kepada petani agar lebih memperhatikan sistim usaha tani yang belum dilaksanakan secara teknis agar hasilnya dapat memuaskan petani itu sendiri.
4. Perlu adanya tenaga penyuluh yang profesional untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang penanaman kelapa sawit yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rafi’i, S. 1987. Ilmu Tanah. Angkasa. Bandung 99 Hal.
Arisman. 1986. Tekstur Tanah. Angkasa. Bandung 84 Hal.
Setyamidjaja. D. 1993. Konisium. Jokjakarta. 205 Hal.
Anonymous. 1990. Pedoman teknis Tanaman kelapa Sawit. PT. Astra Agroniaga. 54 Hal.
Silahkan Tulis Komentar Anda ...