Posts Subscribe comment Comments

Teknik Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan Bawal merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan Bawal sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan Bawal mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan bawal yang terdapat di Indonesia merupakan ikan Bawal yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan bawal punten dan majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 jenis ikan Bawal yang dapat diidentifikasi berdasarkan morfologinya (Asnawi, 1983).
Budidaya ikan Bawal sudah tidak asing lagi bagi para petani, di kolam-kolam  ikan dan pekarangan pun pasti terdapat ikan Bawal, awalnya para petani memelihara ikan ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan rumah saja, sehingga teknik pemeliharaannya sangat sederhana, pada penebaran benih ikan seadanya, pakan pun hanya sisa-sisa limbah dapur saja. Waktu pemeliharaan sesampainya saja dan sudah tentu hasilnya pun tidak maksimal. Umur pemeliharaan satu minggu. Keadaan ini membuat para petani menjadi putus asa dan berangapan pemelihaharaan ikan Bawal sangat sulit dan tidak bisa di jadikan penolong hidup (Asnawi, 1983).
Budidaya ikan bawal mempunyai potensi pasar yang baik. Apabila ditangani secara serius dan terprogram maka budidaya ini bisa diandalkan dan dijadikan usaha utama. Pada setiap jamuan resmi, menu Ikan bawal tidak pernah ketinggalan, karena banyak peminatnya maka permintaan pasar akan Ikan Bawal cukup tinggi, tetapi tidak didukung oleh pemenuhan dan ketersediaan Ikan Bawal. Dari hal tersebut bisa kita lihat potensi yang begitu besar buat para petani untuk lebih profesional dalam pemelihara ikan bawal.
Konon ikan bawal oleh masyarakat disebut sebagai ikan raja, karena pada zaman dahulu /sekarang hanya orang-orang berkedudukan yang dapat menikmati ikan ini. Rasanya yang lezat ditambah kandungan gizi yang tinggi dan nonkolesterol membuat ikan Bawal banyak digemari oleh masyarakat dipasaran (Satyani, 2002).
Oleh karena itulah, dengan berbagai potensi ekonomi yang dimiliki oleh ikan bawal, perlu dilakukan praktek kerja lapang tentang teknik pembesaran ikan bawal. Sehingga dengan adanya praktek kerja lapangan ini diharapkan akan menambah pemahaman mahasiswa tentang metode pembesaran ikan bawal.

1.2  Tujuan Praktek Kerja Lapangan
            Tujuan dilakukan praktek kerja lapangan adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan kentrampilan kerja khususnya mengenai teknik Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan dilapangan.

1.3  Manfaat Praktek Kerja Lapangan
            Maanfaat dari praktek kerja lapangan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dilapangan serta memahami permasalahan yang timbul dalam teknik pembesaran Ikan bawal Air Tawar sehingga di harapkan akan dapat melakukan pembesaran Ikan air Tawar dengan baik,serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya akan menambah informasi untuk penelitian yang lebih lanjut tentang Teknik pembesaran Ikan Bawal.



II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan Bawal
            Menurut Santoso, (2005) dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan Bawal adalah sebagai berikut:
            Filum               :Chordata
            Sub filum        :Craniata
Kelas               : Pisces
Sub kelas         : Neoptergii
Ordo                : Cipriniformes
Sub ordo         : Cyprionidea
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Colossoma
Species            : Colossoma macropomum
 Bila klasfikasi ikan bawal sudah diketahui, hal kedua yang perlu diketahui adalah morfologi. Dari arah samping tubuh bawal tampak membulat ( oval ) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compresed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu (Santoso, 1992).
            Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam (Arie, 2000).
            Bawal memiliki 5 buah sirip (pinnae), yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak ( Arie, 2000).

2.2 Lingkungan Hidup Ikan Bawal
Sama seperti ikan lainnya, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brazil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoko, Venezuela. Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras, tetapi ditemukan pula di daerah yang aliran sungainya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang harus diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air (Satyani, 2002).
            Dilihat dari usulnya, bawal bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi berasal dari negeri  Samba, Brazil. Ikan ini dibawa ke Indonesia oleh para inportir ikan hias dari Singapura dan Berazil. Pada tahun 1980. ke Indonesia, ikan bawal pun sudah tersebar hampir keseluruh penjuru dunia. Di setiap negara, ikan ini mempunyai nama yang berlainan. Ikan ini disebut ikan bawal kerena ikan ini mirip ikan bawal yang ada di laut. Di Inggris dan Amerika menyebutnya dengan red bally pacu. Kerena bagian sirip perutnya berwarna merah kemerahan. (Arie, 2000).
            Miskipun kedudukan ikan bawal ini belum bisa disejajarkan dengan ikan komsumsi lainnya, tetapi kehadiranya memiliki arti tersendiri, terutama dalam memperkaya khasanah ikan budidaya di indonesia. Bila telah populer, tak tutup kemungkinan bawal dapat mengalahkan kedudukan ikan-ikan lainnya. (Arie,   2000).
  
2.3 Makanan Ikan Bawal
            Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan makan yaitu ikan yang biasanya makan di dasar perairan, di tengah, dan di permukaan. Apabila dilihat dari jenis makanannya, ikan digolongkan dalam tiga golongan pula, yaitu herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging), dan omnivora (pemakan segala). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bawal tergolong omnivora. Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah crustacea, cladocera, copepoda, dan ostracoda (Satyani, 2002).

2.4 Kebiasaan Reproduksi Ikan bawal
Membedakan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil memang sulit. Beberapa tanda yang bisa dilihat adalah bawal betina memiliki tubuh yang lebih gemuk, sedangkan bawal jantan selain lebih langsing, warna merah pada perutnya lebih menyala. Apabila sudah matang gonad, perut betina akan terlihat gendut dan gerakannya lamban. Adapun bawal jantan selain agresif juga akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu bila dipijat ke arah anus. Seperti ikan lainnya, bawal pun biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan. Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli. Adapun di negara-negara lainnya, bawal dapat mengikuti musim yang ada, misalnya di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April (Hasan, 2002).
Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah matang akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan. Daerah yang paling disukai adalah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan pada musim hujan tergenang. Daerah yang seperti ini memberikan rangsangan dalam memijah. Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Telur yang telah keluar akan dibuahi dalam air (di luar tubuh) (Asnawi, 1983).

2.5  Kualitas Perairan
            Kualitas dalam suatu kondisi perairan khususnya untuk kegiatan budidaya (pembesaran ikan bawal) harus diperhatikan kerena untuk mendapatkan hasil yang baik maka kualitas perairan juga harus baik, untuk menciptakan perairan yang dapat menghasilkan hasil yang bagus atau yang berkualitas baik, diperlukan penanganan ataupun pengukuran terhadap kondisi air tersebut yang nantinya diharapkan kualitas air yang ada diperairan tersebut dapat mendukung proses kegiatan budidaya ikan (Anonimus, 2002).
            Bila kualitasnya kurang baik, air dapat menyebabkan ikan lemah, napsu makan menurun dan mudah terserang penyakit. Oleh sebab itu, kualitas air untuk ikan bawal harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Parameter untuk mengetahui kualitas air meliputi sifat fisika (warna, kekeruhan, suhu 28-30oC), sifat kimia (kandungan oksigen 5-6 ppm, karbondioksida, pH 7-8 ppt, amoniak), serta sifat biologi (binatang-binatang yang hidup di perairan (Anonimus, 2002).

2.6 Hama dan Penyakit
2.6.1 Hama
            Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Hama yang sering ditemui ditempat budidaya Bawal adalah berang-berang, tikus sawah dan ular sawah. (Rochdianto, 2000)
2.6.2 Penyakit
            Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular).
a)    Jenis Parasit
            Jenis parasit ada beberapa macam yaitu endoparasit dan ektoparasit. Yang termasuk kedalam endoparasit antara lain adalah protozoa dan trematoda, sedangkan ectoparasit adalah crustacean. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain adalah Ichtyopthirius multifiliis, Myxobolus sp, Trichodina sp, Myxosoma sp, Henneguya sp dan Thelohanellus sp. Penyakit yang disebabkan oleh trematoda antara lain adalah Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Clinostomum sp. Penyakit yang disebabkan oleh crustacean antara lain adalah Argulus sp, Lernea cyprinaceae. Untuk memahami tentang berbagai jenis penyakit infeksi dan bagaimana para pembudidaya melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pada ikan yang terserang penyakit, maka harus dipahami terlebih dahulu tentang morfologi dari macam-macam penyakit tersebut. Oleh karena itu dalam penjelasan berikut akan diuraikan tentang biologi dan morfologi dari berbagai jenis penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya (Djarijah, 1994).
Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri dan Kapang (Jamur) 
a. Parasit
"Ich" Atau "White spot", biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikkan suhu (dengan water heater) sampai kurang lebih 29 derajat Celcius dan pemberian formalin 25 ppm. Pada media pemeliharaannya (Rochdianto, 2000).
b. Bakteri.
Streptococus sp. dan Kurthia sp. cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan dosis 10 ppm (Rochdianto, 2000).
c. Kapang (Jamur)
Jamur ini merupakan akibat dari adanya luka yang disebabkan penanganan (Handling) yang kurang hati-hati. Cara mengatasinya dengan menggunakan Kalium Permanganat (PK) dengan dosis 2-3 ppm. (Rochdianto, 2000).




III.   METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat       
Praktek kerja lapang ini akan dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Air Tawar (UPTD-BAT), kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Pada tanggal   15 Juli sampai dengan 14 Agustus 2011.

3.2  Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang akan digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Lapang
No
Alat
No
Bahan
1
Kertas Indikator pH
1
Ikan Jantan dan Betina
2
Thermometer
2
Pupuk
3
Bak Fiber
3
Pakan
4
Do Meter
4
Obat-obatan
5
Akuarium
5

6
Blower
6

7
Cangkul
7



3.3    Prosedur Kerja
       Praktek kerja lapang ini menggunakan metode partisipasi (terlibat langsung dalam setiap kegiatan ). Pengumpulan data di peroleh dari data primer dan data skunder. Data primer di peroleh dari pengamatan langsung baik itu kerja lapang maupun informasi serta wawancara dengan staf atau karyawan yang terkait di dalamnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka.
3.3.1 Metode Pengambilan Data
          Metode yang dipakai dalam praktek kerja lapang ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best, 1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia ( Best, 1982).
3.3.2   Teknik Pengambilan Data
            Teknik yang dipakai dalam praktek kerja lapang ini dengan mengambil dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi, wawancara dan partisipasi aktif, sedangkan data sekunder didapat dari lapangan.
a.    Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara, hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan data-data mengenai informan (Umar, 1999).
·    Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Bungin, 2007).
·    Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama ( Bungin, 2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif (Bungin, 2003).
Wawancara pada praktek kerja lapang ini meliputi sejarah berdirinya Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Air Tawar (UPTD-BAT), keadaan umum, struktur organisasi.
·    Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Bungin, 2007).
Bentuk partisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta secara langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan pembenihan seperti pemberian pakan, pengukuran kualitas air, perhitungan kepadatan penebaran, analisis usaha, dan lain-lain.
b.   Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999). Dalam praktek kerja lapang ini data sekunder diperoleh dari laporan-laporan pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembesaran ikan bawal (Colossoma macropomum).

3.4 Rencana Kerja
3.4.1 Rencana Kegiatan
Penelitian yang berjudul ”Teknik pembesaran ikan bawal (Colossoma macropomum), di  Unit Pelaksana Teknis daerah Balai Air Tawar Jantho  Baru Aceh Besar”ini. terdiri dari tiga tahap yaitu :
(1)   Tahap persiapan praktek kerja lapang (PKL)
(2)   Tahapan pelaksaan praktek kerja lapang (PKL)
(3)   Tahapan pelaporan praktek kerja lapang (PKL)
Rencana kegiatan praktek kerja lapang ini dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2 Rencana Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
Tahun
2011








Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Kegiatan









1 persiapan PKL









1.1 Studi Leterature









1.2 Pembuatan Proposal









1.3 Administrasi Perizinan









2 Pelaksaan PKL









3.1 Pelaporan PKL









3.1 Pengolahan dan Analisis Data









3.2 Penulisan Laporan PKL









3.3 Seminar dan Persiapannya










3.4.2 Anggaran Kerja
            Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) dengan tiga tahapan yang dilakukan, membutuhkan anggaran penelitian sekitar Rp. 1.800,000,-(Satu juta delapan ratus ribu rupiah), dengan rincian terlihat pada tabel 3.
Tabel 3 Rencana Anggaran Praktek Kerja Lapang (PKL)
No
Kegiatan
Rencana Biaya( Rp)
1

BIAYA PERSIAPAN          
1.1 Pengetikan                                                           
1.2 Penjilid dan perbanyak                

Rp.   100.000,-
Rp.     60.000,-
2

BIAYA PELAKSANAAN
2.1 Transportasi
2.2 Dokumentasi                                            
2.3  Akomodasi selama praktek          

Rp.    300.000,           
Rp.      50.000,-
Rp. 1.000.000,-
3

BIAYA PENULISAN LAPORAN
3.1 Pengetikan                                               
3.2 Penjilidtan dan perbanyak laporan
3.3 Seminar

Rp.    100.000,-
Rp.    150.000,-
Rp.      50.000,-

Total
Rp. 1.800,000,-



DAFTAR PUSTAKA

 Amri, Khairul, dan Khairulman. 2008. Budidaya Ikan Bawal. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonimus. 2002. Kualitas Air untuk Ikan Air Tawar. Informasi Dunia Pertanian. Penebar swadaya. Jakarta

Arie, U. 2000. Budidaya Ikan Bawal. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Bawal dalam Keramba . Cetakan pertama. Diterbitkan atas kerjasama Pemerintah DKI jakarta dan PT. Gramedia Jakarta.

Best, 1992. Teknik Pengambilan Data. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bowser, Paul, R. 1999. Disease Of Fish. Departemen Of Microbiology and Immunology College Of Veterinary Medecine Cornell University Ithaca, New York.

Bungin, 1992. Metode Pengumpulan Data. Kanisius. Yogyakarta.

Djarijah, A.S. 1994. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Bawal Secara Intensif. Kanasius.Yogyakarta.87 Hal.

Hasan,1. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 Hal.

Rochdianto, Agus. 2000. Budidaya Ikan Bawal di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta

Santoso, B. 2005. Budidaya Ikan di Bawal. Penebar Swadaya. Jakarta.

Umar, 1999. Teknik Pengambilan Data. Kanisius. Yogyakarta.