Posts Subscribe comment Comments

Teknik Pembenihan Udang Lobster Air Tawar



1        PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Di Indonesia, lebih cenderung pada lobster air laut. Di karenakan lobster air tawar baru dirintis sekitar dekade 90-an sedangkan lobster air laut yang belum dapat dibudidayakan hanya ada dipasaran karena tangkapan nelayan, beberapa jenis lobster air tawar sudah dapat dibudidayakan untuk kebutuhan komsumsi.
Budidaya lobster baru dilakukan oleh sekelompok orang yang hanya terbatas di beberapa kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bogor, dan Sukabumi Karena itu anggota familia crustaceae ini masih memiliki peluang untuk dibudidayakan sebagai salah satu komoditas perikanan andalan. Selain karena harga jualnya yang tinggi, saat ini permintaan pasar cukup besar. Lobster air tawar merupakan udang konsumsi yang menjadi salah satu komoditas perikanan tawar yang mulai dikembangkan untuk budidaya di Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).
Lobster air tawar tidak membutuhkan perawatan secara intensif, budidayanya juga relatif mudah jika dibandingkan dengan sesama udang-udangan yang lain. Teknik budidayanya cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Dengan sedikit modal dan ditunjang niat dan kemauan, semua orang dapat melakukannya. Lahan yang dibutuhkan juga tidak harus luas. Lobster air tawar dapat dibudidayakan di akuarium atau kolam berukuran kecil. Tidak seperti udang windu atau galah yang membutuhkan lahan yang luas dan pengolaan yang intensif.
Selain mudah dibudidayakan, kelebihan lobster air tawar adalah tidak mudah terserang penyakit, pemakan tumbuhan sekaligus hewan (omnivora)  pertumbuhannya relatif cepat, serta memiliki daya bertelur tinggi. Lobster air tawar berumur satu tahun bisa menghasilkan 200-500 telur dalam sekali kawin. Padahal dalam satu tahun ia dapat kawin hingga 3-5 kali. Semakin bertambah umurnya, semakin bertambah pula jumlah telur yang dihasilkan. Kemampuan menghasikan telur tersebut akan menurun setelah melewati masa produktifnya, yakni setelah lobster tersebut berumur lebih dari 5 tahun.
Lobster air tawar ukuran konsumsi mempunyai permintaan pasar yang relatif tinggi tetapi jumlahnya  masih mengalami kelangkaan, hal ini terjadi karena waktu pemeliharaan sampai ukuran konsumsi sangat lama sekitar 7-10 bulan (Dermawan 2004).
Sistem botol mulai dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut, Sistem botol digunakan untuk memelihara lobster air tawar secara soliter, sistem botol ini memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan lobster yang dipelihara dapat lebih cepat jumlah produksi lebih besar, ukuran tubuhnya menjadi seragam serta tidak terjadi kabalisme (Hamiduddin,2005).
Saat ini yang menjadi kendala dalam melakukan budidaya lobster air tawar adalah indukan yang masih harus didatangkan dari luar negeri. Meskipun di Indonesia sudah ada yang menyediakan induk untuk dibudidayakan, jumlahnya masih belum mencukupi untuk budidaya skala besar dan masih terbatas. Sementara itu, untuk mendatangkan indukan dari luar negeri membutuhkan biaya ekstra. Selain itu, teknik untuk budidaya lobster air tawar juga masih baru, sehingga penulis tertarik untuk menekuninya.

1.2.       Tujuan PKL
1.Meningkatkan keterampilan terkait dengan pembenihan Udang Lobster Air Tawar Huna Biru.
2.Memahami teknik pembenihan  Udang Lobster Air Tawar Huna Biru.
                                           
1.3.       Manfaat PKL
Praktek Kerja lapang ini dihaarapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam mengelola budidaya perikanan terutama dibidang pembenihan Udang Lobster Huna Biru



II  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Biologi Lobster Air Tawar
2.1.1.Klasifikasi dan morfologi
Menurut (Satyani, 2001)klafikasi Lobster huna biru (Cherax albertisii) adalah Filum           arthopoda, Subfilum crustacean, Kelas malacostraca, Ordo decapoda, Family parastacidae, Genus Cherax albertisii.
Habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa-rawa, dan daerah sungai yang banyak terdapat tempat berlindung. Di Indonesia, lobster air tawar berasal dari familia parastacidae yang terdiri dari beberapa jenis, seperti Cherax albertisi, Cherax lorentzi, Cherax lorentzi auranus. Tubuh lobster dibagi menjadi dua bagian, yakni kepala (chepalothorax) dan badan (abdomen). Cangkang merupakan nitrogen polisakarida (C6 H13 O5 N)x yang disekresikan oleh kulit epidermis yang akan mengeras dan mengelupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh (molting).
Lobster air tawar tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton), tetapi seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang (external skeleton). Di lihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap seperti, sepasang antena sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan. Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit (celliped). Enam ruas badan (abdomen). Ekor, satu ekor tengah (telson) terletak di semua bagian tepi ekor serta dua pasang ekor samping (uropod). Enam pasang kaki renang (pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakan renang. Enam pasang kaki untuk berjalan (walking legs).
Ciri lain yang terdapat pada lobster air tawar adalah rostrumnya hampir berbentuk segitiga memipih, lebar, dan terdapat duri di sekeliling rostrum tersebut. Dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut
1.Sepasang antanela untuk mencium pakan, satu mulut, dan sepasang capit (celiped) yang lebar dengan.
2.ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.
3.Enam ruas badan ( abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata- rata hampir  sama dengan dengan lebar kepala.
4.Ekor. Satu ekor tengah ( telson) memipih, sedikit lebar, dan dilengkapi duri duri halus yang terletak disemua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor samping ( uropod) yang memipih.
5.Enam pasang kaki renang ( pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakan renang. Disamping sebagai alat untuk berenang, kaki renang pada induk betina yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakan dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen terlarut disekitarnya sehingga kebutuhan oksigen telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga digunakan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap.
7.Empat pasang kaki untuk berjalan ( walking legs). (Satyani,2001)
2.1.2.  Lingkungan
Habitat asli lobster air tawar adalah hidup di rawa-rawa, sungai, dan danau air tawar. Lobster air tawar merupakan spesies yang berasal dari daerah tropis yang tersebar di sekitar Australia bagian utara. Penyebaran ini membuat lobster tahan terhadap berbagai kondisi dan cuaca. (Lim, 2006).
Lobster air tawar tumbuh dengan baik pada suhu air 230 - 310 oC. Jika berada dalam air dengan temperature kurang dari 100  oC dan di atas 360 oC dalam waktu yang lama, lobster akan mati, perubahan suhu air yang terlalu ekstrem membuat lobster sulit beradaptasi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan lobster terhambat Perubahan suhu idealnya sebesar 20 oC - 30 oC (Lim, 2006).
Lobster hidup pada perairan dengan kisaran pH sedikit alkalin yaitu antara7-9 Mereka jarang dijumpai berada diperairan dengan pH kurang dari 7 Sedangkan
kesadahan air yang diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut cukup tinggi untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik (Satyani, 2001).
Konsentrasi oksigen terlarut pada penelitian ini berkisar antara 9,28 - 9,83 mg/l. Tingkat kelarutan oksigen tersebut sudah sangat memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan lobster air tawar yaitu harus lebih dari 4 mg/l.(Cortes-Jecinto et al.,2005 )
Konsentrasi amoniak dalam penelitian ini dipertahankan tetap 0 ppm. Konsentrasi amoniak tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa amoniak pada media pemeliharaan lobster air tawar harus kurang dari 1 ppm. (Cortes-Jacinto et al., 2005)
Berdasarkan penyebarannya, di dunia ini ada tiga famili lobster air tawar yakni famili Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae. Lobster air tawar Astacidae dan Cambaridae tersebar dibelahan dunia utara, sedangkan Parastacidae menyebar di dunia bagian selatan, seperti Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Berdasarkan penelitian dan kajian ilmiah diketahui bahwa habitat alam lobster air tawar adalah danau, rawa, atau sungai yang berlokasi didaerah pegunungan. Di samping itu, diketahui pula bahwa lobster air tawar bersifat endemik karena terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat alam tertentu (native) (Cortes-Jacinto et al., 2005).
2.1.3.  Sifat-Sifat Lobster
Menurut Cortes-Jacinto et al., (2005) lobster air tawar mempunyai daya tahan hidup yang cukup tinggi. Jika air dalam kolam dirasakan kurang memenuhi kriteria hidup, lobster akan berusaha keluar dari tempat tersebut. Karena itu, menjaga kualitas air agar sifat lobster huna biru sesuai dengan kriteria hidup lobster merupakan faktor yang sangat penting.
1.    Berkelana
Lobster air tawar dikenal sebagai hewan yang suka berkelana. Di akuarium lobster sering memanjat keluar melalui selang aerator, kabel, dan pipa air. Karena itu untuk mencegah lobster kabur dari akuarium atau kolam pemeliharaan, selang aerator dan kabel power head harus dijepit atau diapit menggunakan kaca atau papan selebar 5 cm sehinnga lobster tidak bisa memanjat.
Pada kolam semen, untuk mencegah lobster air tawar memanjat keluar dari kolam bibir kolam sebaiknya dibuat dengan acian semen yang lebih licin bibir kolam juga bisa dipasangi bahan lain yang licin seperti keramik, kaca, atau plastik pagar Selain itu, tinggi air dalam kolam diatur minimal 5 cm dari permukaan air.
2.    Mengalami Pergantian Kulit atau Molting
Menurut Cortes-Jacinto et al., (2005) Pertumbuhan lobster air tawar ditandai dengan adanya pergantian kulit atau biasa disebut molting. Ketika umurnya masih muda, pergantian kulit lobster sering terjadi, seiring dengan pertumbuhannya, frekuensi pergantian kulit akan semakin berkurang menjadi beberapa bulan sekali, bahkan setahun sekali. Lobster akan memerlukan banyak tenaga untuk melakukan molting. Pergantian kulit lobster dibagi dalam tiga tahapan seperti berikut. 
a.Pramolting
Lobster air tawar yang memasuki masa pramolting, nafsu makannya mulai berkurang. Secara fisik, pramolting ditandai dengan kulit kepala yang mulai terangkat. Pada saat dilihat ada tanda-tanda mau molting, sebaiknya lobster dipindahkan ke tempat lain untuk menghindari kanibalisme lobster lain. Namun, jika budidaya lobster dilakukan dalam skala besar dan banyak lobster yang akan molting, pemindahan ini tidak mungkin dilakukan.
b.Molting
Waktu yang diperoleh oleh lobster untuk molting bervariasi, sesuai dengan umur lobster tersebut. Lobster muda hanya memerlukan waktu beberapa detik untuk melakukan molting. Sementara itu, molting pada lobster dewasa bisa membutuhkan waktu 3-4 menit, bahkan lebih. Pada masa molting, lobster menjadi sangat lemah sehingga rentan terhadap serangan sesamanya. Karena itu, supaya dapat leluasa mengganti kulitnya, lobster tersebut sebaiknya dipindahkan ke tempat molting.
c.Pascamolting
Pada masa pasca molting, lobster dewasa membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat kulitnya menjadi keras seperti sebelum molting. Di dalam perut lobster terdapatgastrolith yang berbentuk setengah bola berwarna putih seperti gumpalan garam.Gastrolith berfungsi sebagai penyimpan kalsium yang berguna untuk membuat kulit yang baru molting menjadi keras. Bila kulit lobster tersebut mengeras, lobster tersebut sudah dapat dikembalikan ke kolam atau akuarium pemeliharaan.
3.    Kanibal
Lobster air tawar termasuk binatang yang memiliki sifat kanibal. Umumnya, lobster air tawar yang sedang dalam tahap molting sangat lemah dan rentan terhadap serangan sesamanya. Bila di dalam kolam terdapatgasrolith, berarti telah terjadi kanibalisme pada lobster yang baru mengalami pergantian kulit.(Cortes-Jacinto et al.,(2005)
4.    Mencari Sumber Air Baru
Sifat lain dari lobster air tawar adalah mencari sumber air yang baru dan bisa melawan arus air yang ada. Sifat lobster ini dapat dimanfaatkan untuk proses panen yang biasanya disebut dengan perangkap atau flow trapping.
Flow trapping dilakukan dengan menguras air yang ada pada kolam dan menguncurkan sedikit air segar kedalam kolam yang akan dikuras. Degan demikian lobster akan berkumpul di bawah kucuran air tersebut. .(Cortes-Jecinto et al.,2005 )
5.    Hewan Malam (Nocturnal)
Lobster Air Tawar juga dikenal sebagai hewan malam atau nocturnal. Lobster lebih banyak beraktivitas dan mencari makan pada malam hari atau saat gelap. Karena itu, pemberian pakan pada lobster sebaiknya lebih banyak pada malam hari. Pada siang hari atau saat terang, lobster cendeerung diam pada tempat persembunyiannya. Namun, suasana terang yang lebih lama membuat lobster lebih sering melakukan pemijahan. .(Cortes-Jecinto et al.,2005 )

2.2.  Kebiasaan Reproduksi
Perilaku Lobster Air Tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut.
a.    Mencari pasangan
b.      Melakukan percumbuan antar pasangan
c.       Melakukan perkawinan
d.      Induk betina mengerami telur
e.       Induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu

2.3.  Wadah Pembenihan Lobster Air Tawar
2.3.1.  Kolam semen
Pembudidayaan lobster skala besar sebaiknya menggunakan wadah berupa kolam yang terbuat dari semen. Selain dapat menampung udang, kolam semen juga  bersifat permanen, sehingga dapat digunakan secara berulang-ulang. Selain itu bisa juga menggunakan bak plastik, bak semen, bak fiber gelas s, atau akuarium. Kolam semen dapat dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran 2x3x0,5m (Satyani, 2001).
2.3.2.  Akuarium
Akuarium dapat digunakan sebagai wadah pemeliharaan jika budi daya yang dilakukan berskala kecil. Akuarium dapat dibuat dengan ukuran 0,5x1x0,5m. Akuarium dibuat dari bahan kaca dangan ketebalan 0,5 cm. Sepanjang bibir atas akuarium dipasang kaca dengan lebar 5 cm dan panjang disesuaikan dengan dinding akuarium. Ketinggian air untuk pemeliharaan lobster adalah sekitar 10-15 cm (Satyani, 2001).

2.4.  Calon Indukan
2.4.1.  Seleksi berdasarkan jenis kelamin
Menurut Satyani, (2001) lobster air tawar merupakan spesies dimorfis, yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah mencapai dua bulan dengan panjang total rata- rata 5 s/d 7cm. Ciri- ciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk tertentu yang terlletak ditangkai kaki jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri- ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya.
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air tawar betina adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3. Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama
Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih cerah dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika wadah dan perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula. Warnam pigmen dalam cangkang tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen yang dimiliki oleh setiap spesies ikan. (Satyani, 2001).
2.4.2.  Seleksi ukuran berdasarkan umur
Umumnya lobster air tawar mencapai ukuran rata- rata 100gr setelah berumur 7-8 bulan. Meskipun demikian ukuran rata-rata tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor, yakni jenis dan kandungan protein yang diberikan selama pemeliharaan, kondisi lingkungan; seperti suhu, oksigen terlarut, pH, alkalinitas, padat tebar, pengunaan arus deras dalam kolam, ketinggian air, dan keberadaan jantan dan betina dalam satu wadah pemeliharaan (Lim, 2006).
Untuk menghasilkan calon induk yang baik diperlukan seleksi ukuran panjang total yang didasarkan pada umur dalam wadah pemeliharaan. Kriteria seleksi yang harus dilakukan baik untuk memperoleh calon induk jantan maupun betina adalah dengan mengambil patokan 25% dari individu dalam populasi sebanyak tiga kali Contohnya, jika diperoleh 100 ekor yang berasal dari pasar atau toko ikan hiasperlu ditanyakan umur danhasil tangkapan atau hasil produksi sendiri. Jika lobster yang diperoleh merupakan hasil produksi sendiri dan berumur 2-3 bulan, lakukan pengukuran panjang total dari setiap ekor hingga diperoleh nilai rata- rata, kemudian dari patokan nilai rata-rata itu, ambil 25% yang memiliki ukuran panjang total tertinggi (yang memiliki ukuran diatas nilai rata- rata). Kegiatan ini dilakukan berulang sebanyak tiga kali. (Satyani, 2001).

2.5.  Pakan
Lobster air tawar adalah binatang omnivora, segala makanan yang ada di depannya kemungkinan besar akan disantapnya, tidak terkecuali temannya sendiri yang tidak berdaya. Agar lobster yang dipelihara dapat hidup dan tumbuh sempurna jenis pakan, kandungan protein, dosis, dan frekuensi pemberian pakan harus diperhatikan. Jenis pakan yang dapat diberikan kepada calon induk lobster air tawar adalah udang segar, cacing halus, pelet udang, atau pakan nabati seperti ubi jalar dan tanaman air (Cortes-Jacinto et al., 2005)
Standar kandungan protein dalam pakan yang diberikan memiliki nilai optimum 35-40%. Dosis yang diberikan adalah 3% dari bobot tubuh hidup lobster air tawar. Karena lobster air tawar memiliki sifatnocturnal, presentase pakan yang diberikan untuk dimakan pada malam hari lebih banyak dibangdingkan dengan siang hari (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
2.5.1. Pakan alami
Variasi pakan tersebut berguna melengkapi gizi yang mungkin tidak terdapat pada pelet. Jenis cacing yang dapat diberikan sebagai pakan adalah cacing tanah, cacing sutera, dan cacing darah, baik yang masih hidup maupun yang sudah dibekkan (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
2.5.2. Pakan buatan
Kandungan protein pellet mencukupi kebutuhan protein lobster yang hanya sebesar 21,6 %. Kandungan BETN sebagai sumber energi utama berupa glukosa juga sangat mencukupi karena kebutuhan energi lobster yang didapatkan dari karbohidrat
hanya sebesar 29,4 %. Kebutuhan lemak lobster sebesar 7 % hanya dapat dipenuhi pakan pellet sebesar 5,7 %. Kekurangan kandungan nutrisi lemak ini dapat dipenuhi dari kandungan karbohidrat pellet yang jumlahnya berlebih, karena kelebihan karbohidrat di dalam tubuh akan diubah menjadi lemak melalui proses yang disebut lipogenesis. Proses lipogenesis ini mengubah glukosa menjadi lemak. Kandungan protein yang berlebih juga dapat diubah menjadi lemak (Almatsier, 2005).
Lemak juga merupakan sumber energi, tetapi energi berupa glukosa hanya didapat dari proses pemecahan karbohidrat dan protein. Proses pemecahan lemak menjadi glukosa tidak berarti karena glukosa hanya dapat dibentuk dari gliserol yang jumlahnya hanya sekitar 5 %. Lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk kebutuhan energi jangka panjang. Lemak juga berfungsi untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier, 2005).

2.6.  Pembenihan
2.6.1.  Teknik pemijahan alami
Pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami. Artinya bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan dipersiapkan oleh manusia tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan perilaku setiap pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga waktunya tidak dapat ditentukan secara pasti.
Lobster akan melakukan pemijahan pada suhu air diatas 23- 29oC dan optimum 27 oC, minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan gelap 12 jam, kebutuhan kondisi seperti ini tidak terlalu sulit bagi wilayah Indinesia ( Jones 2000).
Menurut Jones (2000) setelah semua persiapan telah dilakukan, tahap kedua adalah pengisian air jernih kedalam wadah dengan ketinggian permukaan air tertentu, pemasukan udara yang berasal dari aerator dan penyeleksian induk. Standar ukuran induk jantan dan betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan masal antara 20-22 cm dengan perbandingan jantan dan betina 3:1 per m2 bak.
Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan alami secara individu berukuran 16-18 cm dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 per akuarium. Dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan pembesaran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar matahari langsung, usahakan berada dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan pembesaran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar matahari langsung, usahakan berada dalam suasana yang teduh dan tenang. Hal ini penting untuk merangsang lobster melakukan perkawinan, dan lobster mengerami telurnya. Sedangkan bak semen lebih baik kalau berada di luar ruangan dan dapat sinar matahari, agar tumbuh lumut dan plankton yang sangat berguna untuk pertumbuhan burayak yang dibesarkan.
Pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami, artinya kita siapkan aquarium perkawinan antara induk betina dan jantan. Dalam aquarium ukuran 100 x 50 x 40 cm, bisa kita tempatkan lobster sebanyak 4 betina + 2 jantan atau 3 betina + 2 jantan. Aquarium senantiasa dilengkapi dengan aerator untuk memberi oxygen yang cukup. Atau aquarium yang dilengkapi dengan sirkulasi filter. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, dan 3 hari kemudian induk betina akan bertelur, ditandai dengan induk betina melipat erat ekornya guna melindungi telur yang menempel di sirip renangnya. Hindari ruangan yang terlalu terang dan bising, karena lobster lebih mudah kawin di tempat yang tenang dan cenderung gelap. Letakkan pralon pvc ukuran 2,5 inci, panjang 12 cm, untuk tempat berlindung.
2.6.2.  Teknik pengeraman dan pemijahan
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada tiga tahapan kejadian alamiah yaitu : ( Jones, 2000).
1. Yakni perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
2. Perkembangan larva saat diasuh (larva) dan
3. Saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).
            Kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak banyaknya aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat mengerami telur. Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu dilaksanakan sebagai berikut . (1)  Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk yang mengandung telur dan induk jantan. (2) Pakan yang diberikan relatif sedikit Kualitas air, (3) terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu air harus rendah.(4) Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu. Alasan keempat hal tersebut perlu dilakukan karena(Jones,2000)
- Untuk menghindari terjadinya gangguan atau seringan dari luar yang menyebabkangangguan fisik Menghindari peluang terjadinya kanibal
-       Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar membutuhkan
oksigen terlarut yang tinggi
-    Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan suhu air.
2.6.3.  Pemanenan Benih
Menurut Cortes-Jacinto et al., (2005) dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm, alat yang digunakan adalah ember plastik 20 liter,scoopnet berukuran 20x10 cm, dan daun pisang atau cabikan plastik ikan, terutama jika jarak antara wadah pemanenan dan wadah penampungan relatif jauh. Sementara itu, saat yang baik untuk pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi, berda dilingkungan terbuka, dan hasil panen ditempatkan dalam wadah dengan jumlah maksimum 20 ekor/ wadah.
Cara memanen di mulai dengan menurunkan air d idalam wadah kedalaman air tinggal 15 - 20 cm. Jika wadah yang digunakan berupa akuarium, cara mengeluarkan air dengans ifoning dan jika berupa bak atau kolam tanah, tinggal membuka lubang pengeluran.
Setelah itu benih lobster ditangkap menggunakan scoopnet secara perlahan dan hasil tangkapan dimasukan kedalam ember yang telah dilengkapi air jernih dan alat lain.
Tingkat sensitivitas benih berukuran 20 hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran lebih besar. Tingkat sensitivitas juga akan tinggi pada semua ukuran benih lobster air tawar saat pergantian cangkang (molting) terjadi.

2.7.  Pengendalian Hama dan Penyakit
Kematian terutama disebabkan oleh kualitas air yang buruk atau dimakan oleh lobster lain saat terjadi molting. Seperti pada budi daya ikan lainnya, pencegahan serangan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan kolam pemeliharaan, memberikan nutrisi yang cukup, serta menjaga kebersihan peralatan yang berhubungan dengan lobster air tawar, seperti tempat persembunyian, naungan, serta pakan alami yang diberikan lobster. Jika kotoran yang lama tertimbun didasar kolam akan mengakibatkan naiknya kadar ammonia ( NH3 ) didalam air yang dapat mengakibatkan lobster keracunan dan mati. Gangguan dari luar yang merupakan ancaman terbesar pada pemeliharaan lobster air tawar adalah predator, seperti kucing dan tikus (Dermawan 2004).
Selanjutnya lobster akan tampak berada dalam keadaan dorman. Keadaan ini disebut sebagai aestivation. Lobster bisa dalam keadaan demikian dalam jangka waktu sangat lama, hingga air kembali datang ke daerah mereka. Lobster Air Tawar  (LAT)biasa hidup di air keruh, hal ini sangat menguntungkan bagi mereka agar dapat terhindar dari musuh alaminya. Biasanya mereka hidup pada perairan dengan dasar berlumpur dengan beberapa bebatuan dan potongan cabang tanaman. (Dermawan 2004).
 Menurut Dermawan (2004) bahwa lobster air tawar (LAT) yang dipelihara pada lingkungan dengan substrat berbatu dan belumpur memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang dipelihara pada substrat buatan seperti plastik.
2.8. Manajemen Kualitas Air
Menurut (Lim, 2006) manajemen kualiatas air adalah suatu ketentuan terhadap pengatur perairan yang membentuk suatu kualita air yang terdiri dari :
2.8.1 Temperatur ( suhu )
            LAT juga toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku hingga suhu diatas 35 °C. Meskipun demikian untuk lobster air tawar (LAT), lobster air tawar (LAT) daerah tropis hendaknya dipelihara pada selang suhu 24 - 30° C.
Pertumbuhan optimum akan dapat dicapai apabila mereka dipelihara pada selang suhu 25-29 °C.
2.8.2.      pH dan Kesadahan:
 lobster air tawar (LAT) hidup pada perairan dengan kisaran pH sedikit alkalin yaitu antara 7-9. Mereka jarang dijumpai berada diperiaran dengan pH kurang dari 7. Sedangkan kesadahan air yang diperlukan adalah sedang hingga tinggi. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut cukup tinggi untuk menjamin pembentukan cangkang mereka dengan baik.
2.8.3.      DO (Oksigen Terlarut)
 Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm. Untuk kehidupannya, lobster air tawar  (LAT) tidak perlu harus terendam air. Selama insangnya dapat tetap terjaga selalu lembab mereka dapat menyerap oksigen langsung dari udara dan dapat hidup dalam keadaan demikian hingga beberapa bulan (Cortes-Jacinto et al., 2005)
2.8.4.      Kualitas air lainnya:
 Berbagai laporan menunjukkan bahwa lobster air tawar (LAT) muda sensitif terhadap kadar klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk Lobster Air Tawar (LAT). lobster air tawar diketahui pula dapat mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam tubuhnya sehingga mereka sering dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan. lobster air tawar sensitif terhadap pestidida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula residu-residu minyak. Hal ini hendaknya menjadi perhatikan bagi mereka yang ingin membudidayakan lobster air tawar (LAT) secara terbuka, agar terlebih dahulu memeriksa dengan seksama sumber air yang akan digunakan. (Cortes-Jacinto et al., 2005)




III  METODELOGI


3.1.   Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapangan ( PKL ) yang akan dilaksakan 15 Juli-15 Agustus 2011, di unit pelaksana teknis daerah balai air tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru Kabupaten  Aceh Besar Provinsi Aceh.
3.2. Alat dan Bahan
 Alat dan bahan yang di gunakan pada saat Praktek Kerja Lapangan adalah :
1. Thermometer digunakan untuk mengukur suhu air.
2. PH lakmus atau PH pen digunakan untuk mengukur kadar PH air.
3. DO meter digunakan untuk mengukur oksigen terlarut didalam air.
4. Akuarium digunakan sebagai wadah atau tempat.
5. Fiber digunakan sebagai wadah tempat perkawinan lobster.
6. Aerator berfungsi untuk memompaoksigen terlarut didalam air.
7. PVC digunakan sebagai tempat pengeluaran air dan tempat berlindung bagi benih lobster.
8.  Pakan buatan atau pellet.
  9. Pakan alami dan
10. Induk udang lobster yang berukuran 16-18 cm.
3.3. Prosedur kerja
Prosedur kerja pada praktek kerja lapang adalah
1. Mempersiapkan wadah atau tempat yang diperlukan untuk pemijahan atau      perkawinan.
2. Setelah persiapan sudah selesai kemudian dilakukan pengisian air jernih   kedalam wadah dengan ketinggian permukaan air terntu.
3.  Pemasukan udara yang berasal dari aerator.


Sedangkankan data yang di kumpulkan pada saat Praktek Kerja Lapangan mencakup data primer dan data skunder
1.    Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data ini diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif (Hasan, 2002).
a.    Observasi
Menurut Surachmad (1978), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapang ini observasi dilakukan terhadap berbagai kegiatan pembesaran meliputi kolam,  konstruksi kolam, pengairan, pembesaran, pemberatasan hama dan penyakit, pemanenan dan pemasaran.
b.    Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara (Riduwan, 2002).
Wawancara pada Praktek Kerja Lapang ini meliputi sejarah berdirinya UPTD-BAT, keadaan umum, struktur organisasi, pembesaran udang galah, permasalahan yang dihadapi, hasil yang dicapai dan lain sebagainya.
c.    Partisipasi Aktif
            Bentukpartisipasi aktif ini merupakan suatu kegiatan dimana kita turut serta secara langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan pembesaran seperti pemberian pakan, kapasitas benur dalam kolam, kepadatan penebaran, analisis usaha, dan lain-lain.
2.    Data Sekunder
 Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini, biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia (Hasan, 2002).
Dalam Praktek Kerja Lapang ini data sekunder diperoleh dari tinjauan  pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembesaran udang lobster huna biru.
3.3. Rencana Kerja
3.3.1. Rencana kegiatan
Praktek kerja lapang yang berjudul Teknik Pembenihan Lobster Huna Biru (Chtrax albertisii  ) ini, terdiri tiga tahap yaitu:
Tabel 1  Rencana kegiatan praktek kerja lapang (PKL)
Tahun
2011
 Bulan
Apl
Mei
Jun
Jul
Agus
Sep
Okt
Nov
Des
 Kegiatan








 
1.  Persiapan PKL









1.1.  Studi literature












1.2.  Pembutan proposal






1.3.  Admitrasi perizinan








2.    Pelaksanaan PKL
 







3.    Pelaporan PKL









3.1. Pengolahan dan analisa   data







3.2.  Penulisan laporan






3.3.  Seminar dan          persiapannya










3.3.2.  Anggaran praktek kerja lapang
            Praktek kerja lapang (PKL) dengan tiga tahapan yang dilakukan, membutuhkan anggaran sekitar Rp 1.710.000.- ( Satu juta tujuh ratus sepuluh ribu rupiah ).
Tabel 2 Rencana anggaran praktek kerja lapang (PKL)
No
Kegiatan
Rencana Biaya (Rp)

1.
Persiapan PKL
1.1. Studi literatur
1.2. Pembuatan proposal

50.000-
150.000-


2.

Pelaksanaan PKL
2.1.   Transportasi Mbo- Jantho PP
2.2.   Foto copy dokumen
2.3.   Akomodasi
2.4.   Admitrasi dan perizinan

300.000-
50.000-
500.000,-
100.000-


3.
Pelaporan PKL
3.1. Studi pustaka dan pengolahan data
3.2. Pengetikan dan pengeprinan
3.3. Perbanyak dan penjilitan
3.4. Biaya seminar

100.000
200.000-
210,000-
50.000-

Total
1.710.000-








DAFTAR PUSTAKA


Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Percetakan PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 333 hal. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. Di kunjungi 10/ 4/ 2011.
Cortes-Jacinto, E, H. Villarreal-Colmenares, L. E. Cruz-Suarez, R. Civera- Cerecedo, H. Nolasco-Soria, and A. Hernandez- Llamas. 2005. Effect Of Different Dietary Protein and Lipid Levels On Growth and Survival Of Juvenile Australian Redclaw Crayfish, Cherax quadricarinatus (Von Martens). Blackwell Publishing. Aquaculture Nutrition 11; 283-291. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1,April 2009. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. Di kunjungi 12/ 4/ 2011.
Dermawan, R. 2004. Permintaan Tak Terbendung. Jakarta, Hal 122-123. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol. 12/4 / 2011.
Hamiduddin, H. 2005. Lebih Praktis Dengan EDU Talang. Jakarta, Hal 142-143. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasiokonversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan Sistem Botol.di kunjungi 20/4/ 2011.
Hasan, I.  2002.Pokok-pokok Materi Metodelogi penelitian dan Aplikasi. Ghalia
Indonesia :Jakarta.
Jones C. M., C. P. McPhee, I. M. Ruscoe. 2000. A Review of Genetic Improvement in Growth Rate in Redclaw CrayfishCherax quadricarinatus (Von Marten), Q DPI, Walkamin, Queensland.di kunjungi 23/4/2011.
Khairuman dan Khairul Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Kosumsi. Jakarta AgroMediaPustaka:
Karjono dan Adijaya. 2003. Lobster Akuarium 10 Bulan Kembali Modal.
Lim, K.C.W. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar Meraup Untung dari Lahan Sempit. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka
Riduwan. 2002.Skala pengukuran variable-variabel penelitian Bandung. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Surachmad.W. 1978. Pengertian penelitian ilmiah dasar metode teknik. Penerbit tarsito. Bandung. 337 hal
Satyani, D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya
Sukmajaya dan Suharjo, 2003. Lobster Huna Biru. Jakarta, Agromedia Pustaka
http://www.kphjember.  tentang udang lobster huna biru com.