Posts Subscribe comment Comments

Minyak Atsiri


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Minyak atsiri (minyak menguap = minyak eteris = minyak essensial = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).  Minyak atsiri biasanya tidak berwarna, terutama bila masih segar (baru saja diperoleh dari isolasi), tetapi makin lama akan berubah menjadi gelap, karena terjadi proses oksidasi dan mengalami pendamaran.  Upaya untuk mencegah proses tersebut antara lain isimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat.
Semua minyak atsiri terdiri dari campuran kimia yang cukup rumit.  Hampir tiap jenis senyawa organik dapat ditemukan di dalamnya (hidrokarbon, alkohol, keton, aldehid, eter, ester, dan lainnya), dan hanya sedikit yang mempunyai komponen tunggal dalam persentase (minyak cengkeh mengadung tidak lebih dari 85% subtansi fenolik, sebagian besar eugenol).  Akan tetapi tidaklah mengherankan jika konstituennya mencapai lebih dari 200 komponen, dan seringkali trace constituent-nya mempunyai bau dan rasa yang penting terhadap keseluruhan minyak atsiri tersebut.  Tidak adanya satu komponen dapat mengubah aroma.  Tanaman dari spesies yang sama yang tumbuh pada tempat tumbuh yang berbeda, biasanya mempunyai komponen yang sama, tetapi persentasenya mungkin berbeda.
Sifat fisika minyak atsiri meliputi tidak larut dalam air, larut dalam eter, alkohol, dan pelarut organik lain, bau karakteristik, bersifat optis aktif (indeks refraksi).  Dalam tumbuhan, minyak atsiri terdistribusi terutama dalam bunga dan daun.  Berdasarkan sukunya atau familinya minyak atsiri terakumulasi dalam sel sekret khusus, seperti sisik kelenjar (Lamiaceae), sel parenkim yang telah berubah (Piperaceae), sel minyak (Vittae) pada Apiaceae. Selain itu terdapat juga dalam bagian dalam lysigen atau sizogen pad Pinaceae dan Rutaceae.  Kandungan kimia minyak atsiri secara umum terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
1.      Terpenoid  hidrokarbon, melalui biosintesis asetat mevalonat,
2.      Senyawa aromatis, berasal dari biosintesis sikimat fenil propanoat.
Sifat fisik minyak atsiri berbeda dengan minyak lemak.  Minyak atsiri dapat disuling dari sumber alaminya, sedangkan minyak lemak tidak, karena minyak lemak tersusun atas ester gliserol asam lemak.  Minyak atsiri tidak meninggalkan noda lemak permanen pada kertas, tidak seperti minyak lemak yang meninggalkan noda lemak.  Minyak atsiri tidak menjadi tengik dalam penyimpanan, namun jika terkena cahaya dan udara akan teroksidasi menjadi resin.
Pembentukan minyak atsiri dalam tanaman dapat langsung dari protoplasma, dekomposisi resin dari dinding sel, dan hidrolisis glikosida tertentu (allil isotiosianat).

A.      Tujuan Penulisan
Tujuan  penulisan amakalah minyak atsir dalah untuk mengetahu bagai mana pengolahan minyak atsiri dan dari mana di peroleh minyak atsiri sehgingga dapat di pasarkan di dalam amaupu diluar negri.






BAB II
PEMBAHASAN


A.      Ciri-ciri Minyak Atsiri
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).

B.       Tanaman Penghasil Minyak Atsiri
1. Cinnamon (kayu manis)
Kayu manis atau Saigon kayu manis berasal dari kulit pohon Cinnamomum loureirii Nees (Fam. Lauraceae).  Kayu manis penting pada perdagangan aalah kayu manis ceylon yang bersal dari kulit pohon C.zeylanicum Nees (Fam. Lauraceae).  Kayu manis saigon menghasilkan 2-6% minyak atsiri, kayu manis cassia menghasilkan 0,5-1,5% minyak atsiri sedangkan kayu manis ceylon menghasilkan 0,5-1% minyak atsiri.  Kandungan lainnya adalah mentol yang bermanfaat sebagai bumbu dan karminatif.
Tepung kayu manis yang diperdagangkan di toko bahan makanan merupakan campuran dari beberapa macam kayu manis sehingga akan menigkatkan kualitas sebagai pewangi atau untuk memberikan harga yang lebih murah.  Minyak kayu manis merupakan minyak menguap yang diperoleh dari destilasi dengan uap dari daun dan ranting Cinnamomum cassia (Ness) ex Blume (Fam. Lauraceae) dan disempurnakan kembali dengan penyulingan.  Hal yang sma dapat dilakukan untuk memperoleh minyak cassia.  Minyak kayu manis digunakan sebagai bumbu perasa, karminatif, dan pewangi serta antiseptik.
2. Cengkeh
Cengkeh berasal dari kuncup bunga kering Eugenia caryophllus (sprengel) Bullock et Harison (E. caryophylato Thunberg) Fam Myrtaceae.  Cengkeh dimanfaatkan sebagai karminatif atau zat aromatik yang membantu meredakan kolik dan flatulen (adanya gas dalam lambung dan usus) dan sebagai bumbu.
Minyak cengkeh merupakan minyak menguap yang didestilasi dengan uap air dari kuncup bunga kering Syzqium aromaticum (L) Mere.et.L.M.Perry, mengandung tidak lebih dari 85% volume total substansi fenolik, eugenol utama.  Minyak cengkeh mengandung eugenol bebas 70-95% eugenol asetat dan 5-8% β-caryophylli.
Minyak cengkeh ini tergolong dalam perasa / bumbu.  Biasanya bekerja sebagai obat sakit gigi yang digunakan dalam pengobatan rongga gigi secara topical.  Minyak cengkeh dapat sebagai antiseptik.  Obat yang dipakai untuk menimbulkan suatu reaksi menghadapi suatu penyakit atau infeksi dan karminatif.  Minyak dengan kandungan eugenol yang tinggi ni digunakan dalam produksi perdagangan vanilin.
3.  Pala
Pala atau myristica merupakan biji matang dari tanaman Myristica fragrans Hautuyn (Fam. Myristicaceae) yang diambil dari lapisan biji dan arillode tanpa lapisan kapur. Pala mengandung minyak tertentu 25-40% dan dapat memadat pada suhu kamar dan terkadang dapat berubah menjadi kristal prisma aneka warna dan disebut pala mentega.  Minyak atisiri 8-15% mengandung myristicin dan safrole, sejumlah protein dan starch.  Miristica bermanfaat sebagai perasa dan bumbu.
Pada perkembangan selanjutnya yang terakhir pala dikenal khususnya pada penduduk yang tersembunyi sebagai penyebab halusinasi.  Dalam jumlah yang relatif besar sampai 15 gram harus diperhatikan karena dapat memabukkan.  Efek yang dapat terjadi adalah dapat meremajakan kulit, takikardia, dan menekan keluarnya air liur. Pala mengandung amfetamin dan metabolit yang mengandung nitrogen.  Minyak pala merupakan minyak atsiri hasil destilasi uap dari biji Myristica fragrans.  Minyak mengandung 10-30% α-pinen, 10-20% β-pinen, 15-20% sabinen, 5-12% myristicin, 2-7% limonen, 3-6% tertpinen, dan 1-2% safrole.  Minyak pala sebagai perasa, dan karminatif.
4.  Peppermint
Peppermint (permen) terdiri dari daun dan bunga kering Mentha piperita Linne (Fam. Lamiaceae).  Pepermint mengandung minyak atsiri sekitar 1%, resin dan tanin.  Permen kering dalam perdaganan biasanya terdiri dari tanaman kering ang seharusnya mengandung tidak lebih dari 2% dan bersumber di atas 3 mm dari garis tengah.  Beberapa minyak atsiri yang mengering dan berada dalam penyimpanan yang biasanya digunakan sebagai sampel perdagangan 95% akan mengalami kemerosotan.
Minyak permen mengandung menton, mentofurn, mentil asetat, isomenton, pulegon, neomentol, piperiton, dan sebagainya.  Minyak permen adalah suatu cairan berwarna kuning pucat atau tak berwarna yang mempunyai bau penetrasi permen yang kuat dan tajam.  Minyak permen Amerika mengandung 30-78% mentol bebas dan sekitar 5-20% kombinsi berbagai ester.
Tumbuhan dari jenis dan genotip yang sama dapat menghasilkan minyak dengan kualitas yang berbeda jika tumbuh pada area yang berbeda.  Produksi minyak permen yang berisi sejumlah kecil monthon dan menthafuran dan sejumlah besar mentol lebih disukai dan berkembang daripada tanaman yang mendapat sedikit penerangan dan menghasilkan minyak yang mengandung sejumlah kecil mentol dan sejumlah besar mentofluran.  Konsentrasi yang tinggi hingga mencapai 30% menthofluran menimbulkan bau pada produk.  Minyak permen dalam bidang farmasi digunakan sebagai karminatif, stimulansia, dan antiinfeksi.
5.  Damar dan Kombinasi Damar
Damar merupakan produk amorf dengan bahan kimia alam yang kompleks.  Pada umumnya damar dibentuk dalam Shizogenous atau dalam rongga shizolysigenous dan merupakan hasil akhir dari metabolisme.  Sifat fisik dammar ada umumna adalah keras transparan atau tembus cahaya dan jika dipanaskan akan terhidrolisis.  Damar merupakan campuran kompleks antara asam damar, alkohol damar, resitanol, ester dan resin.  Damar tidak dapat larut dalam air dan menurut beberapa peneliti dammar merupakan produk oksidasi dari terpen.  Damar dapat larut dalam alkohol atau bahan pwlarut organik yang lain.
Damar merupakan produk akhir metabolisme yang bersifat merusak.  Damar banyak digunakan sebagai produk oksidasi dari terpen.  Damar memiliki karakteristik rasa yang membakar.  Resin atau damar cuka berisi suatu kandungan diterpenoid oxyacid yang besar.
            Damar dalam bidang farmasi biasanya diperoleh dari:
  1. Penyulingan obat atas racun dan alkohol dan memperoleh dammar dalam air.
  2. Pemisahan minyak dari aloeresin dengan penyulingan seperti halnya dengan dammar dari terpentin.
  3. Pengumpulan produk alami yang menetes dari aloeresin pada tumbuhan sampai pada kebocoran tiruan atau alami dimana minyak yang alami secara parsial akan menguap dalm atmosfer seperti halnya dengan dammar yang dipakai sebagai campuran semen.
6.  Rosin (Gala)
Rosin atau colophany adalah suatu dammar yang padat yang diperoleh dari Pinus palustis Miller dan rempah-rempah lain dari Pinus linne (Fam.  Pinaceae).  Damar ini (rosin) pada umumnya bersifat tembus cahaya, berwarna kekuningan dan seringkali memberikan lapisan kekuningan.  Damar berbentuk keras, rapuh dan dengan mudah dilumatkan.  Damar berisi 80-90% asam abietat anhidrid (senyawa diterpen bisiklik, asam sapinic, asam pimaric, dan asam yang lain dan resin suatu hidrokarbon.
Rosin digunakan sebagai produk pengeras dalam plester dan obat salep.  Dalam perdagangan rosin digunakan dalam pembuatan pernis-pernis dan alat pengering, cat tinta, sabun pelapis lilin, lapisan pada lantai, dan banyak produk lain.  Rosin seringkali digunakan sebagai produk pemalsuan yang mengandung damar.
7.  Eriodyctyon
Eriodyctyon atau yerba santa adalah daun kering yang berasal dari Eriodictyon californium (Hookes et Arnott) Torrey (Fam. Hydrophyllaceae).  Eriodictyon berasal dari Yunani yang berasal wol dan mengacu pada daun-daun yang berserabut.  Tumbuhannya hádala statu samak belukar dari pon berwarna hijau yang berasal  dari pegunungan California dan Mexivo utara.  Obat ini telah digunakan oleh orang Indian selama bertahun-tahun.
Eridictyon berisi statu damar eridictyol (Aglikon dari eridictyon), xanthoeridictyol, chrysoeridictyol, homoericdictyol, asam format, asam butyric, minyak atsiri, dan tanin.  Eridictyon merupakan statu penyamar rasa pahit dan senyawa tertentu yang berisi kina dan biasa digunakan sebagai suatu obat yng merangsang keluarnya dahak.
8.  Mastic
Damar yang digunakan dalam campuran semen, pastiche atau mastich adalah exudates beton yang mengandung damar dari pistacia lentiscos Linne (Fam Ancardiaceae). Tumbuhannya adalah suatu semak belukar atau pohon kecil yang berasal dari daerah Mediterania dan diatanam di kepulauan Greiceian, terutama pada Pulau Chios.  Sari buah yang mengandung damar dikumpulkan dalam rongga yang berasal dari goresan batang dan dalam cabang yang lebih besar dimana dammar akan menetes.  Damar akhirnya dikumpulkan dalam air mata yang kecil yang biasanya dammar tersebut digunakan  dalam campuran semen pada zaman dahulu.  Theoprharstus dan Pliny menggunakan dammar yang dipakai dalam campuran semen sebgai bahan pewangi nafas bagi wanita-wanita Asia.
Damar yang digunakan dalam campuran semend berisi 90% damar, yang berisi asam masticáis yang dapat larut dalam alcohol dan damar (mastican) yang tidak larut dalam alcohol, dan minyak atsiri sekitar 1-2,5% mempunyai bau balsam dari obat yang terutama berisi (+)-pinen.  Damar yang dipakai dalam campuran semen dan berasa pahit digunakan pula sebgai pernis gigi untuk menyegel rongga.
 9.  Kava
Kava merupakan rimpang dan akar Piper myristicum suku piperaceae, mengandung yangonin, metistisin, kawain, dan turunannya.  Tumbuhannya adalah statu zurría yang besar dan secara luas ditanami di kepulauan Oceanía.  Berdasarkan farmakologinya menunjukkan bahwa semua kava piran dalam jumlah sedikit atau besar dapat bertindak sebagai otot relaxan yang terpusat.  Dapat juga mempengaruhi perubahan dalam fungís motor dan refleks sifat mudah marah, bermanfaat sebagai anestetik local dan antipiretik (penurun demam).
10.  Cannabis
Merupakan jenis tumbuhan suku Moraceae, pufuk berbunganya disebut ganja.  Cannabis yang digunakan di Cina dan India tersebar pelan-pelan melalui Persia ke Arabia dimana damar ini dikenal sebagai Asís dan kemudian diperkenalkan ke dalam Eropa dan Materia Medika Amerika oleh Napoleon.  Dari tahun ke tahun penanaman yang selektif dari dua tipe genetik Cannabis semakin meningkat.  Salah satu dari tipe obat kava (ingá 15%) akan umur psikoaktif (-)19-trans tertrahydrocannabinol.  Tipe ganja yang berisi zat aktif utama sedikit (cannabial adalah cannabioid yang utama) tetapi mempunyai serabut kulit pohon yang panjang dan biasa diproduksi menjadi tali. (-)-∆9-trans tertrahydrocannabinol pada damar yng dikeluarkan dari trichomes dan ditemukan dalam daun-daun yang kecil (daun kecil pada bunga) dan branteoles (struktur seperti daun ada intuí telur).  Koalitas dammar ditemukan dalam putik bunga Cannabis sativa yang kurang mencolok yang tumbuh pada tanaman dengan suhu temeperatur iklim tropis.
11.  Ginger
Ginger atau zingiber adalah rhizome kering dari Zingiber officinale Roscoe (Fam. Zingiberaceae) dikenal secara komersial sebagai jahe Jamaica, jahe Afrika, dan jahe Cochin.  Jahe memiliki aroma karakteristik Kira-kira 1-3% minyak atsiri.  Bahan yang tekandung dalam jahe hádala sesquiteren: bisabolen, zingiberen, dan zingiberol.  Ketajaman karakteristik sifat oabt pada jahe aloeresin dari dua keton aromatik, zingiberon dan shogaol yang diisolasi.  Jahe mengandung lebih dari 50% pati.  Jahe dikelompokkan sebagai perasa yag biasanya sebagai bumbu, stimulant aromatik dan karminatif.

C.      Metode Memperoleh Minyak Atsiri
1.  Destilasi atau Penyulingan.
Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia.  Namun demikian, pembuatan minyak atisiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa kelemahan:
a.        tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air. 
b.        Minyak atisiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan panas.
c.        Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.
d.       Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai daya ikat terhadap bau, sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.
Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu:  destilasi air, destilasi uap dan air, dan destilasi uap.:
a.    Destilasi air
Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air mendidih.  Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak yang belum murni ditampung.  Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan.  Penyulingan air biasa  digunakan untuk menyari minyak atsiri yang tahan panas dari grabahan maupun bahan yang berkayu dan keras.
Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika diperhatikan suhu tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan mudah pengerjaannya.
Kerugian dari metode ini  adalah:  tidak semua bahan dapat dilakukan dengan cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut dalam air, dan bahan yang mudah hangus), adanya air sering menyebabkan terjadinya hidrolisis, dan waktu penyulingan yang lama.
b.   Destilasi uap dan air
Penyulingan degnan cara ini memakali alat semacam dandang.  Simplisia diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah.  Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh belum murni.  Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan.  Untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan.  Untuk simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi.  Cara penyulingan ini banyak dilakukan sebagai industri rumah, karena peralatan mudah didapat dan hasil yang diperoleh cukup baik.
Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak minyak yang tertinggal di ampas).
c.    Destilasi uap.
Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian tanaman yang mengandung minyak.  Metode penyulingan ini tergantung pada kondisi bahan tanaman.
Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap.  Peralatan yang dipakai tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan.  Bila pemeriksaan telah dilakukan degnan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan.  Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan baik, dengan cara ini akan diperoleh minyak yang lebih banyak.  Cara ini bisa juga digunakan untuk membuat minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn komponen minyak yang bertitik didih tinggi.  Penyulingan ini dapat digunakan utnuk membuat minyak cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi, minyak sereh, minyak kayuputih, dll.
Keuntungan dari cara ini adalah:  kualitas minyak  yang dihasilkan cukup baik, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek, hidrolisis tidak terjadi. Kerugian metode ini yaitu: peralatan yang mahal dan memerlukan tenaga ahli.
Selain penyulingan dengan cara di atas, dikembangkan juga cara sebagai berikut:
a.    Penyulingan dengan air dan penyulingan dengan uap disertai dengan pengurangan tekanan. Pengurangan tekanan akan memperpendek waktu penyulingan pada tekanan 1 atmosfir.  Keuntungan utama dengan cara ini ialah minyak atsiri yang diperoleh berbau sama dengan bau aslinya, karena penyulingan dilakukan pada suhu kurang dari 70oC (biasanya pada suhu 50oC) hingga penguraian karena suhu tinggi dapat dihindari.  Kelemahannya, alat yang dibutuhkan mahal.
b.    Penyulingan dengan air dan penyulingan dengan uap disertai penaikkan tekanan.Penyulingan dengan uap dengan menaikkan tekanan, baik dilakukan untuk simplisia yang keras sepeti kayu, biji, kulit kayu.  Dengan penyulingan ini akan diperoleh minyak lebih banyak dan akan memperpendek waktu penyulingan.  Kerugian degnan penyulingan ini ialah terjadi peruraian minyak atisiri sehingga berbeda dengan bentuk aslinya dan diperoleh lebih sedikit dibanding dengan cara lain.
Tanaman yang mengandung minyak atisiri bertitik didih rendah, lebih baik disuling dengan tekanan kurang dari 1 atmosfir sedangkan yang mengandung minyak bertitik didih tinggi dapat dengan penyulingan uap bertekanan lebih tinggi dari 1 atmosfir.
Dalam metode penyulingan uap langsung (direct steam destillation) ang dapat dipakai pada obat-obatan tanaman segar (peppermint, spearmint), hasilnya dipotong dan ditempatkan secara langsung ke dalam tangki penyuling logam pada truck bed.  Truck ini digerakkan pada shed penyuling dimana steam lines ditempelkan pada bagian bawah tangki penyuling.  Cara ini digunakan untuk daun dan mengandung kadar minyak yang tinggi sehingga tidak perlu maserasi.  Uap ditekan melalui pipa dan membawa tetesan minyak melalui pipa yang akhirnya melewati ruang pengembun.
Selama penyulingan uap, komponen tertentu minyak atsiri dapat terhidrolisis,  sementara unsur lainnya dapat terdekomposisi dengan suhu udara tinggi.  Metode penyulingan ideal yang menggunakan uap harus memberikan tingkat difusi setinggi mungkin dari uap dan air melalui membran tanaman sehingga hidrolisis dan dekomposisi tetap minimal.
3.      Enflurasi, yaitu pengambilan minyak atsiri dari tanaman menggunakan lemak atau vaselin. Seringkali kandungan minyak atsiri dari bagian tanaman sangatlah kecil, misal pada mahkota bunga.  Cara yang bisa dilakukan dengan menghamparkan lemak (vaselin) pada lapisan tipis pelat kaca.  Mahkota bunga ditempatkan pada lemak selama beberapa jam, kemudian diulangi yang baru beberapa kali.  Setelah minyak terserap dalam lemak padat tersebut, selanjutnya diekstraksi dengan alkohol.  Selanjutnya dipisahkan antara alkohol dan minyak atsiri.  Penyarian minyak atsiri dengan lemak padat tersebut dikenal dengan enfleurage.

            Bunga-bunga tertentu seperti melati, mawar yang disuling akan menghasilkna minyak yang tidak berbau sama dengan buanganya.  Minyak atsiri dari bunga-bunga tersebut di atas, dperoleh dengan cara:
a.       Pembuatan dengan lemak tanpa pemanasan (Enflurasi / enfleurage).  Cara ini sudah dilkukan sejak berabad-abad yang lalu secara primitif.  Estela tanaman dipetik tanaman tersebut akan meneruskan proses fisiologisnya dengan mengeluarkan bau khasnya.  Sesegera setelah bunga dipetik ditaburkan diatas lemak, lemak mengabsorbsi minyak tersebut.  Untuk memperbesar absorbsinya permukaan lemak digores.  Tiap 1 kg lemak diperlukan bunga melati sebanyak 2,5 sampai 3 kg.  Untuk seluruh proses enflurasi memerlukan waktu 8 sampai 10 minggu.  Lemak yang telah jenuh dengan minyak menguap, dikerok dengan sudip, kemudian dilelehkan pada tempat tertutup.  Lemak tersebut kemudian diekstraksi dengan alkohol, lalu didinginkan pda suhu rendah (kalau mungkin 15oC) untuk memisahkan dari lemaknya, disaring, kemudian dipekatkan degna cara penyulingan.  Cara ini dilkukan hanya untuk bunga-bunga tertentu, memerlukan waktu lama dan memerlukan banyak tenaga yang terlatih untuk mengerjakannya.  Walaupun dengan cara ini dapat menghasilkan minyak yang lebih baik.  Syarat lemak yang digunakan adlah tidak berbau dan mempunyai konsistensi tertentu.
b.       Pembuatan dengan lemak panas.
Lemak dipanaskan pada suhu lebih kurang 80oC.  Bugna segar dimaserasi dengan lemak panas tersebut selama 1,5 jam.  Bunga tesebut harus sering diganti dengan yang baru sampai tiap kg lemak kontak dengan 2 sd 2,5 kg bunga, kemudian dibiarkan selama lebih kurang satu jam dan disaring melalui saringan logam.  Untuk memisahkan lemak yang melekat, bunga disiram dngan air panas kemunidan diperas dengan saringan kain.  Air akan mudah dipisahkan dari lemak tersebut.  Selanjutnya seperti cara enflurasi pada point a.

3.  Ekstraksi dengan pelarut minyak atsiri
            Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atisiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap.  Simplisia diekstraksi dengan plarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar, kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi.  Dengan cara ini diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan oleh tenaga ahli.  Sebagai pelarut biasanya dipakai eter minyak tanah.
            Pelarut yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.  Melarutkan sempurna komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman.
b.  Mempunuyai titik didih rendah.
c.  Tidak campur dengan air.
d.  Inert, tidak bereaksi dengan komponen minyak atsiri.
e.  Mempunyai satu titik didih, bila diuapkan tidk meninggalkan sisa.
f.   Harga murah.
g.  Bila mungkin tidak mudah terbakar.
Pelarut yang paling banyak digunakan adalah eter minyak tanah.  Alkohol tidak baik digunakan karena alkohol melarutkan air yang terdapat dalam tanaman.  Untuk simplisia tertentu alkohol menghasilkan bau yang tidak enak.  Alkohol baik digunakan untuk simplisia kering.  Sari yang diperoleh dikenal dengan nama tingtur yang banyak digunakan untuk sediaan farmasi.  Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak banyak digunakan  di berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk sediaan farmasi.  Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak digunakan di berbagai negara dan secara umum dapat dipakai  untuk bermacam simplisia dan diperoleh minyak atsiri sesuai dengan aslinya.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air.  Cara ini baik untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan, misal:  bunga cempaka, melati, mawar, dll.
Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan bahan yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor khusus dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar, dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut.  Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan albumin serta zat warna.  Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah.  Setelah semua pelarut diuapkan dalam keadan vakum, maka diperoleh minyak bunga yang pekat.  Suhu harus tetap dijaga tidak terlalu tinggi selama proses ini.  Dengan demikian uap aktif yang terbentuk tidak akan merusak persenyawan minyak bunga.  Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka minyak bunga hasil ekstraksi menggunakan pelarut lebih mendekati bau bunga alamiah.  Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap.  Sebaliknya hasil penyulingan uap, umumnya berwarna cerah dan bersifat larut dalam alkohol 95%.
Dalam industri parfum, sebagian besar produksi minyak atsiri modern dilakukan dengan ekstraksi, dengan menggunakan sistem pelarut yang berdasar pelarut yang mudah menguap seperti eter minyak tanah.  Keuntungan utama ekstraksi adalah suhu yang bisa dipertahankan kurang lebih 50oC selama proses.  Hasilnya minyak atsiri yang didapat mempunyai bau yang lebih alami yang tidak dapat ditandingi minyak suling.  Hal ini karena selama penyulingan, dengan suhu yang tinggi, dapat mengubah konstituen minyak atsiri.  Namun demikian, metode penyulingan operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan proses ekstraksi.
Simplisia dimasukkan ke dalam ekstraktor dan selanjutnya pelarut oraganik murni dipompakan ke dalam ekstraktor.  Pelarut organik akan menembus  ke dalam ekstraktor.  Pelarut organik akan menembus ke dalam jaringan simplisia dan akan melarutkan minyak serta bahan lainnya seperti dmar dan lilin.  Komponen tersebut merupakan pengotor, dan dipisahkan dengan cara penyulingan pada suhu rendah dan tekanan rendah.  Dengan cara penyulingan ini diperoleh campuran pelarut dan minyak atsiri disebut concrete.
Pemurnian concrete (pelarut + minyak atsiri) ini dilakukan dengan  melarutkan dalam alcohol, diambil fase alcohol.  Fase alcohol ini didinginkan 0oC, diperoleh minyak atsiri dalam alcohol dan lilin.    Dilakukan penyaringan terhadap campuran ini, diambil fase minyak atsiri dalam alkohol.  Untuk memisahkan alkohol dan minyak atsiri, dilakukan penyulingan pada tekanan dan suhu rendah, akan diperoleh alkohol dan minyak atsiri murni.
4.  Pengepresan
Pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan (ekspresi) dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk jenis Sitrus, karena minyak atsiri dari jenis tanaman tersebut akan mengalami kerusakan bila dibuat dengan cara penyulingan.  Cara ini juga digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari biji.
            Berdasar tipe alat ekspresi dibedakan menjadi 2 macam yaitu hidraulic expressing, dan expeller expressing.
5.  Hidrolisis glikosida
Dilakukan hidrolisis untuk memecah menjadi aglikonnya (minyak atsirinya).   Contoh minyak atsiri yang diperoleh dengan cara ini hádala minyak mustar, diperoleh dengan hidrolisis enzimatis dari glikosida.  Dalam biji mustar hitam, glikosida sinigrin, dihidrolisis oleh myrosin dengan menghasilkan minyak mustar.  Biosintesis terjadinya hidrolisis dapat dilihat dalam pembahasan glikosida, sub bab glikosida alil isotiosianat.
6.  Ecuelle.
Beberapa minyak atsiri tidak dapat disuling tanpa terjadi dekomposisi, jadi dilakukan cara yang lain yaitu pengepresan (expression) misalnya minyak lemon dan minyak jeruk.  Di Amerika Serikat, metode umum mendapat citrus oil meliputi menusuk kelenjar minhyak dengan menggulingkan buah di atas sebuah bak yang dilapis dengan duri-duri yang  tajam guna merembeskan kulit ari dan menembus kelenjar minyak yang ditempatkan di bagian luar kulit.  Cara ini disebut dengan metode ecuelle.  Langkah menekan pada buah menghilangkan minyak dari kelenjar dan semprotan air membasuh minyak yang masih melekat pada kulit sementara ampas tersaring melalui tabung pusat yang membuang bagian tengah buah.  Emulsi minyak-air yang dihasilkan  dipisahkan dengan sentrifugasi. 

D.      Pemurnian Minyak Atsiri
Minyak yang dihasilkan dari penyulingan tanaman pada umumnya tidak murni karena maíz tercampur dengan minyak lain yang berasal dari tanaman sendiri atau dengan hasil penguraian componen tanaman yang disebabkan proses penyulingan.
Untuk memperoleh minyak yang murni perlu dilakukan prosese pemurnian.  Proses pemurnian dapat dilakukan dengan:
a.  Penyulingan kembali
Penyulingan kembali bertujuan untuk meisahkan componen yang muda menguap dari componen yang tidak mudah menguap seperti logam berat yang menyebabkan minyak berwarna lebih gelap dan debu halus yang terbawa oleh uap atau uap air pada waktu penyulingan.
b.  Penyulingan bertingkat
Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan minyak berdasarkan perbedaan titik didih.  DIlakukan penyulingan dengan pengurangan tekanan.  Di industri minyak atsiri dilakukan penyulingan pada tekanan tidak lebih dari 5-10 mm Hg.  Untuk minyak-minyak yang bertitik didih tinggi dapat dipakai tangas air.
c.   Penurunan suhu.
Penurunan suhu untuk menghablurkan hasil sampingan dari minyak atsiri yang berupa senyawa hidrokarbon yang teroksidasi.

d.  Penghabluran bertingkat
Penghabluran bertingkat dilakukan dengan penambahan dengan bermacam-macam pelarut yang cocok, pada penambahan tersebut akan menghasilkan hablur secara bertingkat.
e.  Menghilangkan komponen dengan reaksi kimia.
Komponen yang tidak dikehendaki dihilangkan dengan reaksi kimia.  Asam-asam bebas dapat dihilangkan degnan natrium karbonat, basa dengan asam hidroksida, fenol dengan natrium hidroksida, aldehida dengan natrium bisulfat, dll.

E.       Manfaat Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebgai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.  Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan Bitters, Cordials, Rums, Vermouths, Whiskies, Wines, dan sebagainya.  Pada industri karet dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam produk karet sintesis dan sejenisnya, mainan, senyawa tahan air, baby plasts, gloves, dan sebagainya.  Pada industri sabun dimanfaatkan dalam pembuatan carbonated beverages, cola drinks,  fountain supplies, soft drinks powder dan sebagainya.  Pada hasil pengolahan tekstil dimanfaatkan sebagai kulit dan benang tiruan zat warna, lindeum, oil cloth, dll. Pada perlengkapan ternak digunakan sebagai cattle sprays, deodorant, sabun anjing dan kucing, bubuk serangga, obat kudis, dan obat gosok.  Pada industri tembakau dimanfaatkan sebagai shewing tobaccos, cigarettes dan kretek.  Pada industri difersifikasi dimanfaatkan sebagai alkohol denaturasi, lilin, keramik, cleaners produk, bahan pengawet mayat, lensa optis, dan gas air mata.

F.       Kandungan Kimia Minyak Atsiri
Secara kimia terpen minyak atsiri dapat dipilah menjadi dua golongan yaitu monoterpen dan sesquiterpen, berupa isopren C10 dan C15 yang jangka titik didihnya berbeda (titik didih 140-148oC, titik didih sesquiterpen >200oC).  Pertama-tama monoterpen dapat dipilah lebih lanjut menjadi tiga golongan bergantung pada apakah struktur kimianya asiklik (misalnya geraniol), monosiklik (misal Limonen) atau bisiklik.  Dalam setiap golongan monoterpen dapat berupa alkohol misalnya mentol, aldehid, atau keton misalnya menton dan karvon.
Sesquiterpen dapat dipilah berdasarkan kerangka karbon dasarnya yang umumnya ialah asiklis misalnya farnesol, monosiklik misalnya bisabolena atau bisiklik misalnya karotol.  Namun demikian, dalam setiap golongan dikenal banyak senyawa yang berbeda.  Dua turunan sesquiterpen yaitu asam absist dan xantin mendapat perhatian khusus karena sifat pengatur tumbuhnya.
Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling dengan uap.  Zat inilah penyebab wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan, secara ekonomi senyawa tersebut penting sebgai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senywa cita rasa di dalam industri makanan.
Contoh-contoh kerangka minyak atsiri golongan terpenoid bisa dicermati pada bab terpenoid sub bab monoterpenoid.




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = minyak eteris = minyak essensial = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas). 
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebgai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.  Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan Bitters, Cordials, Rums, Vermouths, Whiskies, Wines, dan sebagainya. 

B.     Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan/saran, yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua di masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA



Armando, R., 2009. Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Awaludin, Z., 2009. Mengapa Es Terbentuk di Lautan. http://chem-is-try.org [16 Desember 2012].

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Harris, R., 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Herlina, N dan H. S. Ginting, 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia USU, Medan.

http://www.atsiri-indonesia.com/. Essential Oil. Atsiri Indonesia. [16 Desember 2012].
http://situsmesin.com/destilator-minyak-atsiri-penyuling-nilam.html. Destilator Minyak Atsiri [16 Desember 2012].

Kastaman, R., 2003. Kajian Teknis Budidaya dan Manajemen Produksi Pengolahan Minyak Nilam di Beberapa Sentra Nilam di Jawa Barat. Dinas Koperasi dan UKM, Bandung.

Lutony, T. L. dan Y. Rahmayati, 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.

Napitupulu, F. H., 2006. Modifikasi Ketel Penyuling Nila Untuk Mempersingkat Waktu Penyulingan. Teknik Mesin FT USU, Medan.

Nufus, N., 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Nilam dan Minyak Nilam di Kecamatan Padang Jaya. Jurnal Penelitian UNIB, Bengkulu. Universitas