Posts Subscribe comment Comments

Teknik PengelolaanIinduk Gurami (Oreochomis gouramy)


I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
            Ikan gurami merupakan ikan air tawar yang sampai sekarang masih menjadi favorit  sebagai ikan konsumsi dengan rasanya yang sangat nikmat ikan ini termasuk dalam golongan ikan mewah dalam ikan konsumsi. Banyak rumah makan menggunakan ikan gurami sebagai menu termahal dari daftar makanan mereka. Budidaya ikan gurami semakin digemari karena harganya yang mahal serta pembudidayaannya yang tidak terlalu sulit.
            Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia) dan menyebar ke Malaysia,Thailands Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami,  atau gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.
Gurami adalah ikan air tawar. Hidupnya di sungai, rawa dan danau. Ikan gurami termasuk ikan yang pertumbuhannya lambat jika dibandingkan dengan yang lain, meski pertumbuhannya lambat, namun pertumbuhannya dapat dipacu dengan pemeliharaan yang baik seperti penebaran pakan yang tepat, pengelolaan air yang sesuai, dan pemberian pakan yang  tepat  serta penanggulangan penyakit dan hama.  Pemeliharaan yang baik akan membuat tingkat kehidupan ikan gurami bisa meningkat sampai 85 – 90 %. Berdasarkan minat para peternak, jenis ikan gurami yang paling sering dibudidayakan adalah jenis gurami blausafir, gurami angsa, dan gurami paris. Karena ketiga jenis gurami tersebut memiliki jumlah telur yang sangat banyak, lebih dari 5000 butir per periode bertelur. Namun jika anda memilih yang pertumbuhannya paling cepat anda bisa memilih gurami jenis bastar. Karena jenis ini memiliki ukuran yang paling besar dan daya tubuhnya relatif kuat dan laju pertumbuhanya relatif cepat.
            . Dipelihara dikolam-kolam. Ikan gurami berkembangbiak di kolam-kolam yang mempunyai cukup bahan untuk membuat sarangnya. Diperairan bebas ikan ini berkembangbiak selama musim kemarau, dan dikolam dapat berkembang biak sepanjang tahun. Ratna Evi (1997) menyatakan bahwa ikan Gurami lebih menyukai perairan yang tenang. Sarangnya dari tumbuhan air, mirip sarang burung. Tersembunyi diantara tumbuhan air + 30 cm di bawah permukaan air. Disana telur-telurnya disimpan dan dijaga oleh induknya. Ikan gurami lebih menyukai aliran air baru yang kaya oksigen ke dalam sarangnya.
            Untuk menghasilkan benih gurami yang baik dalam arti banyak anakan yang hidup dan mutu benih yang terjamin (sehat, normal, pertumbuhan badan seragam, bongsor), yang harus kita perhatikan mulai dari pengelolaan induk sampai dengan pemeliharaan larva. Pemilihan induk yang berkualitas atau mutu induk yang baik sangat berpengaruh terhadap benih atau larva yang dihasilkan. (Rusdi, 1987).
1.2  Tujuan Praktek Kerja Lapang
Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan kerja khususnya mengenai teknik pengelolaan induk gurami (Oreochomis gouramy) dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
1.3       Manfaat Praktek Kerja Lapang
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa di lapang serta memahami permasalahan yang timbul dalam teknik pengelolaan induk gurami sehingga diharapkan akan dapat melakukan pengelolaan induk gurami dengan baik, serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya akan menambah informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang ikan gurami.

II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami
Menurut Sitanggang (1999) Ikan Gurami memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Filum               : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo               : Labirintchi
Sub ordo         : Anabantoidae
Famili              : Anabantidae
Genus              : Osphronemus
Species            : Oreochomis gouramy
Sebagai ikan budidaya (kultur) ternyata gurami tidak hadir sendirian. Ikan gurami hadir bersama kerabatnya yang berasal dari keluarga pemilik labirynth, yaitu organ orisinil pendamping insang-insang yang memungkinkan mereka hidup dan berkembang pada lingkungan yang miskin oksigen, pada air tergenang. Ternyata, banyak pula diantaranya yang hadir di akuarium sebagai ikan hias. Mereka dipajang karena mempunyai potensi untuk itu, indah warnanya dan lucu bentuknya.
 
2.2 Morfologi Ikan Gurami






Gambar 1 Ikan Gurami
Ikan gurami mempunyai bentuk tubuh agak panjang, lebar atau pipih ke samping (compressed), badan tertutup oleh sisik yang besar sehingga terlihat kasar dan kuat. Pada bagian kepala ikan gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi dempak setelah dewasa dan terdapat tonjolan seperti cula pada ikan jantan (Respati dan Santoso, 1992).
Warna ikan gurame pada umumnya biru kehitam-hitaman dan bagian perut berwarna putih, warna tersebut akan berubah menjelang dewasa. Pada bagian punggung berwarna kecoklat-coklatan atau kekuningan, memiliki sepasang sirip perut yang telah mengalami perubahan menjadi sepasang benang yang panjang dan berfungsi sebagai alat peraba. Ikan ini memiliki labirin sehingga tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang oksigen (Hasan, I. 2002).
Bagian ujung sirip punggung dan ujung sirip dubur dapat mencapai pangkal anus dan sirip ekor berbentuk busur (rounded). Pada ikan gurame betina terdapat tanda hitam (black spot) di depan pangkal ekor. Sirip yang keras menempel pada bagian punggung, sedangkan letak garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung (Respati dan Santoso, 1992).
2.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Gurami
Ikan gurami hidup pada air yang tenang dan dalam lingkungan teduh tidak lembab, curah hujannya cukup tinggi dan banyak tumbuhan air. Suhu air yang ideal 24º-28º C dengan derajat keasaman berkisar 7-8 dan kandungan oksigen 3-5 mg/l ( Puspowardoyo dan Djarijah, 2000 ).
Ikan gurami termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnivora. Di habitat asalnya ikan ini memakan fioplankton, zoo plankton, serangga dan daun tumbuhan lunak. Pada saat dewasa gurami lebih suka memakan tanaman anir seperti azolla ( mata lele ), lemna, Ceratopgyllum, myriophyllum ( ekor tupai, pistis ). Ikan gurami tesebar dari Perairan Sunda, Malaysia, Ceylon, Philipina dan Australia (Fajar, Marta, M. 2001)
2.4 Kebiasaan Makan Ikan Gurami
Gurami merupakan ikan pemakan hewan dan tumbuhan. Sifat tersebut memungkinkan gurami untuk tumbuh lebih cepat dibandigkan dengan ikan yang hanya memakan hewan atau tumbuhan saja. Dihabitat aslinya, gurami memakan segala macam hewan dan tumbuhan yang hidup disekitarnya, mulai dari fitoplankton sampai serangga dan daun-daunan lunak (Sutanmuda, 1997).
Fitoplankton seperti Rotifera, Infusoria dan Chlorella, umumnya di konsumsi gurami pada stadia larva. Zooplankton seperti Dhapnia dan Cladocera serta serangga seperti rayap biasanya dikonsumsi gurami pada stadium benih. Pakan gurami yang berupa daun-daunan secara ilmiah terdiri atas tumbuhan air, seperti Azolla (mata lele), Lemna hydryla (ekor kucing), Ceratpohylum dan Mriophylum (ekor tupai), pistis (apu-apu), kangkung dan genjer (Sutanmuda, 1997).
 Untuk pembudidyaan gurami di kolam umpan alaminya adalah daun talas ( daun sente ), daun pepaya, daun ubi kayu ( singkong ) dan kangkung. Saat dibudidayakan, ikan gurami dapat dioptimalkan pertubuhannya dengan memberinya pellet (Puspowardoyo dan Djarijah, 2000 ).

2.5 Kualitas Air
            Kunci keberhasilan budidaya ikan gurami adalah kestabilan kualitas air didalam wadah budidaya. Agar air tetap stabil selama pemeliharaan biota berlangsung, maka faktor-faktor  pendukung dapat berpengaruh perlu mendapat perhatian memadai. Mulai dari sumber air yang berkualitas, kondisi di dalam wadah budidaya yang dapat mempertahankan kualitas hingga upaya mempertahankan kualitas air selama masa budidaya ikan gurami. Budidaya dapat hidup dan berkembang biak apabila kebutuhan biologinya terpenuhi yang meliputi lingkungan  yang sehat dan gizi yang seimbang. Dalam budi daya air kualitas dan kuantitas organisme dapat menentukan kapasitas organisme (Ghufran, M, dkk, 2007 ).
2.5.1 Derajat Keasaman (pH).
Derajat Kesaman atau populer disebut PH. Usaha perairan akan berhasil baik dengan PH 6,5 – 9,0, dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,5 (Ghufran, M, dkk,  2007 ).
2.5.2 Disolved Oksigen (DO)
            Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernapasan ikan gurami budidaya  tergantung ukuran. Suhu dan tingkat akifitsnya dan batas minimum adalah 3 ppm 3 mg/l. bagi budidaya biota air adalh 4-10 ppm, tergantung jenisnya. laju respirasi tetap pada batas kelarutan oksigen 3-4 ppm pada suhu 20 – 30oC (Ghufran, M, dkk, 2007 ).
2.5.3 Suhu
            Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan gurami berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan gurami serta kelarutan oksigen dalam air. Pertumbuhan dan kehidupan  ikan gurami sangat pengaruhi oleh Suhu air. Umumnya dalam batas – batas tertentu kecepatan pertumbuhan ikan gurami meningkat sejalan dengan suhu air, sedangkan derajat kelangsungan hidupnya bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu Artinya derajat kelangsungan hidup ikan gurami menurun pada kenaikan suhu (Ghufran, M, dkk , 2007 ).
2.6 Hama dan Penyakit Ikan Gurami
2.6.1 Hama
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung (Santoso Budi, 1992).
Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam (Santoso Budi, 1992). 
2.6.2 Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi  lebih dingin. Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan.
 Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.Penyakit parasiter diakibatkan parasit (Santoso dan Respati, 1992)
 Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan (Santoso dan Respati, 1992)
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
* Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
* Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
* Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap. Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil (Respati dan Santoso, 1992)
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur (Santoso dan Respati, 1992)
Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah Banyumas menggunakan laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King & H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan gurami konsumsi juga sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang (Rusdi.1987)



III.  METODE KERJA

3.1 Tempat dan Waktu
Praktek kerja lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli sampai dengan 14 Agustus 2011. Tempat Pelaksaan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Budidaya Air Tawar (UPDT-BAT) Jantho Baru, kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar.
3.2  Bahan dan Alat
            Bahan yang di gunakan pada saat praktek kerja lapangan ini adalah berupa induk jantan dan betina ikan Gurami Air Tawar. Alat yang digunakan berupa kertas indicator pH, thermometer untuk mengukur suhu, dan fiber.
3.3 Prosedur Kerja
Praktek kerja lapang ini menggunakan metode partisipasi (terlibat langsung dalam setiap kegiatan ), penggumpulan data di peroleh dari data primer dan data skunder. Data primer di peroleh dari penggamatan langsung baik itu kerja lapang maupun informasi serta wawancara dengan staf atau karyawan yang terkait di dalamnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi pustaka.   
3.4 Rencana Kerja
3.4.1 Rencana Kegiatan
            Penelitian yang berjudul “Teknik Pengelolaan induk Gurami Di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Air Tawar Jantho  Baru Aceh Besar”ini, terdiri dari tiga tahap (lihat tabel 1 ), yaitu :
(1)   Tahap persiapan praktek kerja lapang (PKL)
(2)   Tahapan pelaksaan praktek kerja lapang (PKL)
(3)   Tahapan pelaporan praktek kerja lapang (PKL)

Tabel 1 Rencana Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
Tahun
2011
 Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
 Kegiatan








 
1.  Persiapan PKL









1.1.  Studi literature












1.2. Pembutan proposal






1.3.  Admitrasi perizinan







2.    Pelaksanaan PKL
 







3.    Pelaporan PKL









3.1. Pengolahan dan analisa data







3.2.  Penulisan laporan






3.3.  Seminar dan persiapannya











3.4.2 Anggaran Kerja
            Praktek kerja lapang (PKL) dengan tiga tahapan yang dilakukan, membutuhkan anggaran penelitian sekitar Rp 1.800,000,-(Satu juta delapan ratus ribu rupiah),. dengan rincian terlihat pada tabel 2.

Tabel 2 Rencana Anggaran Praktek Kerja Lapang (PKL)
No
Kegiatan
Rencana Biaya( Rp)
1

BIAYA PERSIAPAN          
1.1 Pengetikan                                                           
1.2 Penjilid dan perbanyak                

Rp.   100.000,-
Rp.     60.000,-
2

BIAYA PELAKSANAAN
2.1 Transportasi
2.2 Dokumentasi                                            
2.3  Akomodasi selama praktek          

Rp.    300.000,           
Rp.      50.000,-
Rp. 1.000.000,-
3

BIAYA PENULISAN LAPORAN
3.1 Pengetikan                                               
3.2 Penjilidtan dan perbanyak laporan
3.3 Seminar

Rp.   100.000,-
Rp.   150.000,-
Rp.   50.000,-

Total
Rp. 1.800,000,-





DAFTAR PUSTAKA

Fajar. M ,. “1,2,6 Rumus Budidaya gurami”, Jakarta: Trobos .
Ghufran. M, dkk  2007 Oktober 2001. Budidaya ikan Gurami. Jogyakarta. Agromedia Pustaka.
Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian dan Aplikasinya.Ghalia Indonesia.Jakarta.260 hal.

Santoso dan Respati, 1992. Budidaya Ikan gurami, Jakarta: Penerbit Kanisius,
Sitanggang,M,1999,Budidaya Ikan gurami, Jakarta: Penerbit Swadaya.

Sutanmuda. 1997. Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, Trijdoko,Dkk//.1993.Pengaruh Pakan Segar Terhadap Perkembangan Gonat Ikan Gurami: Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan Vol 9- No.2.gondol.Bali.
Selamet, S. Dasar-dasar Pembenihan Umum cetakan ke-5. CV yasagung Jakarta,119 hal.
Santoso Budi. 1989. Budidaya Ikan gurami,Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Taufiq. 1999. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987 Sitanggang, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya,

Zulkifli. 2000. Memacu Pertumbuhan Gurami, Jakarta: Penebar swadaya